BAB 16

49.6K 5.1K 237
                                    

              Berkat Kana yang kelewat peka menyadari bahwa wajah Alma terlihat pucat dan gadis itu bahkan sudah hampir terjatuh saat berdiri, Alma berhasil mengantongi izin dari Ibu Sinta untuk pulang lebih dulu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              Berkat Kana yang kelewat peka menyadari bahwa wajah Alma terlihat pucat dan gadis itu bahkan sudah hampir terjatuh saat berdiri, Alma berhasil mengantongi izin dari Ibu Sinta untuk pulang lebih dulu. Bukan hanya itu, Ibu Sinta juga terlihat khawatir akan keadaannya dan membuat Alma jadi merasa bersalah sudah menyebabkan sedikit huru-hara di pesta pernikahannya Bang Josh.

Saat ini, gadis itu sudah tenang duduk di kursi penumpang dengan sepasang suami istri yang tidak lain adalah Adam dan Kana di kursi depan. Oh, tentu, Alma tidak sendirian di sana. Naka yang datang bersama dengan adik dan iparnya itu ikut duduk di kursi penumpang belakang—tepat di samping Alma, hingga membuat gadis itu duduk memojok sampai ke jendela sebab Naka sedikit tidak tahu diri dengan mengambil duduk di tengah-tengah.

"Lo tuh ya, Sil, kok sama kesehatan sendiri enggak peduli? Udah tahu habis operasi, baru tiga hari keluar dari rumah sakit langsung mondar-mandir enggak jelas. Tahu enggak, orang yang habis operasi itu harus menghindari aktivitas berat-berat sampai 14 hari. Waktu dokter ngomong, telinga lo di mana Sesil?"

Di kursinya, Kana masih asyik mengomel. Dengan Alma yang hanya diam mendengarkan. Lagi pula, tentu dia harus sibuk. Bang Josh yang akan menikah. Laki-laki yang sudah seperti kakaknya sendiri—bahkan sempat Alma sukai walau hanya sebentar dan sepertinya itu hanya kekaguman sesaat saja.

Sehari setelah pulang dari rumah sakit itu, Alma langsung ke Bogor. Merasa tidak enak hati jika tidak ke sana apalagi Ibu Sinta sampai datang ke kosnya hanya untuk membawa makanan. Di sana, Alma tentu berusaha untuk membantu. Dia ikut sibuk bahkan termasuk saat hari pemberkatan dan kemudian pestanya.

"Lagian kenapa sih, lo tuh enggak bilang sama Ibu Sinta kalau lo baru habis operasi? Kalau lo kasih tahu kan, Ibu Sinta bisa ikut mantau keadaan lo," omel Kana lagi.

"Enggak mungkin lah, Na. Ya masa Ibu udah sibuk begitu harus ikut jagain gue juga," sela Alma.

"Ya seenggaknya lo enggak akan dilibatkan dalam hal-hal berat, Sil. At least lo pasti disuruh diam di kamar, istirahat."

Alma menghela napasnya. Kana itu senang sekali mengomel. Apalagi berkaitan dengan kesehatan seperti ini.

"Udah enggak usah ngomel-ngomel mulu, biarin Sesilnya tidur. Ngomel terus kayak nenek-nenek."

"Ih, Abang! Orang Kana cuman ngasih tahu, enggak ngomel!"

Alma tersenyum kecil mendengar perdebatan singkat yang kemudian masih terus berlanjut itu. Kana dan Adam, memang cukup sering dilihatnya berdebat, bahkan kadang hanya karena hal-hal yang tidak seberapa penting.

Menghela napasnya, Alma pun mulai memejamkan mata. Sepertinya dia memang harus beristirahat untuk memulihkan lagi tenaganya yang belum sepenuhnya pulih. Bahkan, bekas operasinya terkadang masih terasa nyeri. Diiringi dengan suara perdebatan Kana dan Adam, gadis itu segera terbang ke alam mimpinya.

Not Your Princess [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang