"Enggak kayak apa yang ada di dalam pikiran lo." Alma memutar kedua bola matanya menatap Kevin yang dengan wajah lelaki itu yang menyirat suatu hal.
Tidak perlu ditanya apa isi kepala dari rekan kerja sekaligus sepupu jauhnya itu, Alma sudah tahu apa jawabannya. Bagaimana Kevin yang sok menahan senyum masih dengan duduk di kursi kebesarannya sembari memutar-mutar kecil di sana. Tampak menyebalkan menggoda Alma.
Naka baru saja keluar ruangan, begitu juga beberapa staf lainnya hingga hanya menyisakan Alma dan Kevin saja di dalam ruang pertemuan yang tidak seberapa besar itu.
"Pinter juga tangkapan lo, Ma. Gede banget ini, Ma. Dapat sekelas kakap lo."
Lagi, Alma memutar kedua bola matanya. Kevin ini terkadang bisa sangat menyebalkan. Belum lagi kalau lelaki itu sudah repot merecoki Alma soal pacar di saat dia sendiri belum memilikinya.
"Gue mau bicara serius," kata Alma pada lelaki itu. "Jangan cengengesan karena ini benar-benar serius, Vin."
Kevin berdeham. Berusaha memudarkan senyum gelinya. "Iya-iya. Mau bicara apa?"
"Menurut gue enggak perlu kita hire lead developer lagi. Enggak terlalu berguna, Vin. Programer kita cuman ada tiga orang termasuk gue. Gue masih bisa handle. Toh selama ini juga yang managerin kita itu elo. Lagian pengalaman kerja gue baru dua tahun, Vin. Masih belum cocok jadi PM. Gue jadi PM juga kan cuman untuk isi kekosongan posisi aja. Tasknya lo yang ngerjain."
"Em ..." Kevin tampak berpikir. "Enggak apa-apa lah, Ma. Hitung-hitung hire programer juga. Lagian kita udah padet banget. Lo juga jadi mulai belajar sedikit-sedikit untuk manag kerjaan yang lain. Sedikit meringankan beban kerja kita, Ma. Lagian cowok lo juga nyanggupin mau cairin dana lagi."
"Bukan cowok gue, Kevin!" Alma mengeram kesal.
Mendengar bagaimana Alma yang tampak tidak terima, Kevin malah terkekeh. "Iya-iya. Tapi intinya menurut gue ya enggak apa-apa. Biar kerjaan kita lebih santai, Ma. Lo enggak mau apa punya work life balance?"
Alma memutar dua bola matanya. Apa itu work life balance? Dari sejak Alma masih menjadi budak korporat di kantor lamanya, realitas hidup dan pekerjaan tidak seimbang. Alma lebih banyak menghabiskan waktu untuk bekerja. Bukan hanya di kantor, bahkan di huniannya pun dia masih harus memasang kacamatanya menatap layar monitor dan kepala yang semakin lama semakin mengebul karena terlalu lama dipakai berpikir.
"Lagian ini kalau aplikasi kita udah mau beres, bakalan sibuk juga Ma sama marketing dan lainnya. Gue enggak bisa terus-terusan cuman pantau tim IT."
Alma menghela napas. Ya, sebenarnya Kevin ada benarnya juga. Namun Alma masih belum terima saja karena titah Naka yang seolah-olah bos besar itu langsung di acc Kevin saat itu juga. Dan juga ... Alma benar-benar kesal karena setelah ini, kehidupan kantornya pasti tidak akan nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...