Naka melangkah masuk ke ruang keluarga rumah sepupunya itu yang kini tampak sibuk tengah menelepon. Darren baru saja keluar dari kamarnya, sembari telepon di telinga, lelaki itu melangkah menghampiri Naka usai sedikit melambaikan tangan meminta Naka menunggunya sebentar. Naka pun mengabulkannya, duduk di sofa ruangan tersebut sembari menarik makanan ringan yang ada di toples di atas meja.
"Kirimkan ke saya data-data lengkapnya. Nanti saya minta Adit untuk ikut turun langsung kalau kamu enggak bisa mengatasi ini sendirian."
Darren ikut bergabung duduk di sofa utama. Masih serius dengan panggilannya tentu saja.
"Kalau kamu bisa kerjakan sendiri, lakukan secepatnya, Bastian."
Wajah Darren tampak serius pada panggilannya. Sepertinya, masalahnya kali ini terdengar serius.
"Ya. Saya enggak mau tahu bagaimana caranya kamu bisa seret Anyelir pulang saat ini juga. Saya tunggu kabar baiknya."
Darren mematikan telepon, masih di bawah tatap Naka yang penasaran. Lelaki itu bahkan menelan kunyahannya sekaligus begitu melihat Darren selesai dengan ponselnya.
"Kenapa? Anyelir buat masalah lagi?" tanya Naka langsung.
Darren menarik napasnya pelan. "Salah satu kudanya masuk ke pemukiman warga, terus diamankan sama anaknya kepala desa. Enggak lama, kudanya malah hilang. Anyelir ngamuk-ngamuk ke anak kepala desa dan mereka bertengkar hebat di sana. Anyelir enggak mau balik sebelum kudanya ketemu."
Naka geleng kepala, berdecak tiga kali. Dipikirnya seserius apa masalah Anyelir kali ini ternyata masih seputar hewan peliharaannya.
"Enggak usah pasang wajah begitu. Lo harus ingat punya siapa peternakan kuda itu pada awalnya," ujar Darren menatap sedikit kesal pada Naka.
Naka berdeham, membungkam mulutnya. Ya, dia ingat. Itu adalah peternakan yang dibelinya dari pamannya Indah. Bukan hanya peternakan kuda, tetapi ada kambing dan juga sapi. Letaknya ada di daerah Batu, Malang. Karena Naka biasanya hanya meminta Darren untuk mengakuisisinya saja, jadi tentu, Naka tidak berminat mengelolanya sama sekali. Anyelir sendiri yang mengulurkan tangan untuk mengurs langsung.
"Lo ada perlu apa ke sini?" tanya Darren pada adik sepupunya itu.
Bukannya langsung menjawab, Naka malah melebarkan tangannya, bersandar pada sofa. "Enggak ada apa-apa, sih. Mau bertamu aja. Di rumah lagi sepi. Papi ada konferensi ke Sidney dari kamis kemarin, terus kemarin Mami nyusulin ke sana. Minggu kerja bakti jadi libur dulu dan ya, gue sendirian di rumah. Mendingan ke sini, kan? Udah lama juga gue enggak ketemu lo." Selain rumah Darren, tidak ada lagi tempat yang bisa ia datangi. Ketiga saudara perempuannya punya rencana masing-masing dengan keluarga kecil mereka. Lalu Alma, dia juga punya rencana dengan si sopir taksi itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...