BAB 27

43.8K 4.9K 407
                                    

              "Duh berat banget, kayak lagi angkat karung ber—" Naka tidak jadi melanjutkan bicaranya saat Alma mendadak hendak turun dari punggung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Duh berat banget, kayak lagi angkat karung ber—" Naka tidak jadi melanjutkan bicaranya saat Alma mendadak hendak turun dari punggung. "Eh, enggak-enggak bercanda doang. Duh, pemarah banget sih Mami Kosnya Juni."

Naka berdecak sedikit kesal. Membenarkan posisi tubuh Alma di belakangnya yang tadi sudah berulah hendak melompat turun. Sedang Alma yang kembali di posisi, masih menutup mulut meski wajahnya terang-terangan menunjukkan raut kesalnya pada Naka.

Kalau saja kakinya tidak sakit ... tidak akan Alma mau berada di posisi seperti ini.

"Duh enteng banget nih. Almaratu ternyata seringan bu—" Lagi-lagi, Naka tidak menyelesaikan ucapannya. Kali ini bukan karena Alma yang hendak melompat turun melainkan gadis itu yang membekap mulut Naka dengan telapak tangannya.

"Berisik," ketus gadis itu.

Naka terkekeh pelan usai Alma kembali menarik tangannya. Kepalanya menoleh ke samping berniat melihat ekspresi gadis itu yang sayangnya tidak bisa karena Alma langsung menukar posisi kepalanya berlainan arah dengan kepala Naka yang menoleh. Naka pun akhirnya menyerah. Melanjutkan langkahnya ditemani dengan semilir angin malam yang cukup hangat malam hari ini.

Keheningan itu tentu tidak lama. Naka tidak tahan menutup mulutnya lama-lama hanya dengan ditemani suara kendaraan yang berlalu lalang.

"Ma," panggil lelaki itu.

Alma tentu saja, tidak menyahut seperti biasa. Namun Naka tahu, gadis itu memasang telinganya mendengarkan.

"Boleh tanya nggak?" lanjut Naka.

"Enggak boleh." Alma langsung menyahut yang membuat Naka berdecak pura-pura kesal.

"Satu pertanyaan aja masa enggak boleh?"

"Enggak."

"Oke kalau begitu dua pertanyaan."

Alma mendengus. Hal itu diartikan oleh Naka bahwa Alma menyetujuinya.

"Pertanyaan pertama. Lo kenal dari mana sama si sopir taksi itu?"

"Kevin." Alma menjawabnya, membuat senyum Naka terbangun kecil.

"Kenapa lo mau pergi sama itu orang? Enggak ada bagus-bagusnya. Mana tukang bohong. Jelek banget semuanya yang ada di diri dia. Mukanya jelek, sifatnya jelek."

"Ganteng."

"Hah?" Naka menoleh lagi. "Ganteng apanya?"

"Mukanya ganteng," sahut Alma.

Naka memperagakan diri seolah-olah mau muntah. "Ganteng dari mana muka pasaran begitu? Cakepan juga gue ke mana-mana."

"Lo jelek, dia ganteng."

Not Your Princess [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang