Bandara sore hari itu tampak cukup padat. Berhubung ini adalah akhir pekan, sepertinya orang-orang pun banyak yang hendak bepergian. Di tengah keramaian itu, salah satu pengunjungnya adalah Alma, dengan sebuah koper kecil yang digeretnya. Kemudian ada tiga orang lainnya yaitu Adam-suami Kana yang membawakan koper lain milik Alma, lalu Kana yang sudah menahan tangisnya sampai wajah memerah dan bibir yang sudah bergetar, juga Cherry yang tampak santai dan tengil seperti biasanya.
"Janji kan, Sil, lo enggak akan lupain gue?" Dengan suara yang hampir bergetar, Kana berucap hal yang sama untuk ke sekian kalinya. Tangannya masih mengait lengan Cherry yang tidak dilepaskan sejak tadi.
"Iya, Princess. Udah ah jangan nangis, malu udah gede." Alma mengusap air mata Kana yang akhirnya menetes juga. Kemudian, wanita bersuami itu pun tidak lagi berusaha menahan tangisnya.
"Ya ampun cengeng banget, sih! Kayak Sesil mau pergi ke ujung dunia aja!" Tentu, seruan sinis itu asalnya dari Cherry. Berdecak dengan kacamata hitam yang membingkai kedua matanya.
"Dia memang mau pergi ke ujung dunia, Cher! Sesil mau ke Kanada. Kok lo sebagai teman enggak ada sedih-sedihnya, sih?!" Kana menyorot tidak senang pada Cherry yang baru saja terdengar menghinanya.
Cherry tentu berdecak lagi. Merasa bahwa Kana terlalu berlebihan karena menangis seperti ini. "Kana seberapa jauh, sih? Duit Adam kan banyak. Lo minta lah suami lo kalau mau ketemu Sesil ke Kanada. Tinggal pesan tiket pesawat, berangkat."
Wajah Kana tampak murka mendengarnya. Wanita itu bahkan sudah melepaskan lengan Alma untuk membalas Cherry. Dan ya, bisa dipastikan, mereka adu mulut tidak tahu tempat. Membuat Alma menghela napas, sembari memijat kepalanya.
"Lo mau check-in dulu, enggak? Biar gue antar." Suara itu asalnya dari Adam. Membuat Alma menoleh yang akhirnya mengangguk. Membiarkan Adam berpamitan pada Kana yang tidak terlalu memperhatikan sebelum kemudian mereka pergi menuju lokasi check-in meninggalkan dua orang yang masih ribut di sana.
Alma melakukan serangkaian check-in dengan berkali-kali matanya ke sana ke mari. Sepanjang perjalanan yang dilewatinya pun demikian. Tentu saja, dia sedang mencari kehadiran seseorang. Seseorang yang tidak juga didapatinya sejak dua minggu yang lalu. Hingga dia menyelesaikan urusan check-in-nya dan kembali pada Kana dan Cherry yang akhirnya menyudahi aksi adu mulutnya itu pun, Alma masih belum menemukan orang itu.
"Udah semua. Lo mau masuk ke dalam?" tanya Adam pada Alma.
Dengan mata yang tidak fokus, Alma hanya mengangguk kecil. Akhirnya, merelakan diri untuk berpamitan kepada kedua temannya, berpelukan singkat dengan mereka, dan masuk ke dalam diiringi dengan suara tangis Kana yang kian mengeras.
Selama itu pun, dia tetap tidak mendapati kehadiran Naka di sana.
*__*
Bulan Januari dengan suhu udara hampir menyentuh -8°C. Alma mengeratkan mantel tebalnya dan berlari kecil masuk ke dalam coffee shop, mengambil duduk di salah satu meja dan langsung membuka sarung tangan untuk menggosokkan kedua telapak tangannya yang rasanya sudah begitu membeku. Ini adalah salju pertama yang dia rasakan di kota ini. Dari yang mula begitu bahagia mendapatkan salju pertama yang turun pada Desember lalu, kemudian mendadak mengeluh melulu pada Januari di mana suhu sudah mulai pada puncak bekunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...