Mengetahui Cherry yang sudah kembali ke Jakarta, Alma pun bergegas menemui manusia itu. Mendatangi tempat yang Alma yakini Cherry berada di sana. Buru-buru dia menuju butik sepi milik Cherry yang masih dilihatnya belum ada tanda-tanda kehidupan. Tidak ada karyawan satu-satunya Cherry di sana, juga pintu dan jendela yang tertutup rapat, tidak seperti saat butiknya buka. Meski begitu, Alma tetap yakin bahwa Cherry berada di sana.
Maka gadis itu pun lanjut saja membuka belakang yang tidak terkunci. Seakan membenarkan praduganya bahwa Cherry berada di sini. Butik ini memang memiliki dua pintu. Pintu utama milik pengunjung, juga pintu belakang di mana pintu terdekat dari ruang santai Cherry yang sering gadis itu tinggali di dalamnya.
Alma langsung menuju ke sana. Ke ruang santai Cherry dan menemukan manusia itu tengah bersandar di atas sofa. Rambutnya kali ini berwarna merah cabai. Dipotong pendek sebahu yang Alma tahu biasanya menandakan bahwa Cherry tengah membuang sesuatu. Entah itu lelaki, uangnya, atau amarahnya.
"Cherry!" seru Alma pada gadis itu.
Cherry hanya tampak melirik sekilas, lalu sibuk pada kegiatannya menatap layar TV menyala di hadapannya. Menampilkan tayangan bulu tangkis yang Alma tahu, tidak benar-benar gadis itu tonton. Alma pun semakin masuk, menarik napas, mengambil bantal yang ada di pelukan gadis itu. Saat itu, tatapannya jatuh pada lengan Cherry yang terdapat beberapa bekas cakaran.
Semua keluhan yang akan Alma lemparkan pada Cherry ditahannya. Gadis ini kembali dalam kondisi yang tidak baik. Bersama dengan Cherry, hanya akan menambah satu daftar perang lagi di butik itu. Maka dari itu, Alma memilih untuk berbalik badan.
"Mau ke mana?"
Langkah Alma terhenti saat Cherry malah memanggilnya. Gadis itu pun balik lagi, bertemu pandang dengan Cherry yang menatap datar dan langsung mengalihkan tatapan pada TV. Alma pun urung untuk pulang. Bergabung pada Cherry di atas sofa menatap layar TV yang tidak benar-benar keduanya nikmati.
"Udah dapat cowok barunya?" tanya Alma membuka pembicaraan.
"Enggak ada yang mendekati selera gue," jawab lawan bicaranya.
"Jadi gagal dapet bule Swiss?"
"Hm. Enggak ada yang menarik."
Alma hanya mengangkat sudut bibirnya. Membiarkan keheningan kembali terjalin di antara dua gadis itu. Sampai lalu, Cherry menoleh, mulai membuka mulutnya kembali.
"Lo sendiri bagaimana? Jadi pindah ke Kanada?" tanya Cherry.
Alma mengangguk. "Jadi?"
"Urus visanya udah beres?"
Alma mengangguk lagi. "Udah."
"Kapan berangkat?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...