Ini adalah kali pertamanya lagi Alma melihat kehadiran lelaki itu di pandangannya. Setelah kembali dari Shopia, Alma berniat untuk benar-benar menjauh dari lelaki itu. Dia bahkan sudah menyiapkan beberapa alasan agar Juni tidak lagi berada di kos-kosannya yang akan membuat Naka datang kemari terus-terusan. Di kepalanya, sudah banyak rencana yang hendak ia jalankan untuk benar-benar menghilangkan lelaki itu dari hidupnya.
Sayangnya, tidak satu pun dari rencananya berjalan. Entah keberuntungan memang sedang berpihak padanya atau bagaimana. Naka tiba-tiba menghilang dengan sendirinya. Juni juga tidak kembali ke kamarnya. Tidak ada lagi suara dari dalam ruangan itu yang sering membuat Alma kaget tiba-tiba, atau juga tidak ada lagi kehadiran pemiliknya yang pemaksa dan sering mengganggu hari-hari Alma. Bahkan, Naka melewatkan meeting bulanan untuk progres update Save The Prince dan hanya meminta Kevin mengirim laporan secara tertulis ke emailnya.
Naka benar-benar tidak menunjukkan batang hidungnya sama sekali.
Apa yang Alma rasakan?
Tidak tahu.
Dia bahkan tidak tahu apa itu benar-benar suatu keberuntungan yang patut disyukuri. Alma hanya ... Alma hanya merasa sedikit aneh.
Pertemuannya dengan Icchy di Shopia tentu saja sangat mengganggunya. Membuat Alma mengingat kembali masa-masa buruknya saat SMA dulu. Namun ternyata, Alma memiliki sesuatu yang lebih mengganggu ketimbang mengingat pertemuannya dengan Icchy.
Rencananya yang tidak terealisasi dan ketidakhadiran lelaki itu di hidupnya lagi.
Sampai hari ini.
"Kayaknya ... gue demam." Alma kembali mendengar suaranya. Wajahnya yang tampak sayu berhasil Alma lihat sekilas. "Bener, Ma. Gue beneran demam kayaknya. Sebentar."
Lelaki itu kemudian beranjak dari hadapannya. Menuju kotak penyimpanan obat, menariknya dari sana, mengambil termometer dan mengukur suhu tubuhnya sendiri sebelum menyerahkan alat itu pada Alma.
"Hah? Lihat Alma! 38,5! Ini tinggi, Ma! Gue beneran demam ...."
Alma mengambil termometer itu dan hanya meliriknya sekilas. Sebelum kemudian mengembalikannya lagi pada lelaki itu.
"Terus gue harus gimana?" tanyanya pelan. Naka memang terlihat sedikit pucat. Wajahnya tidak seberbinar biasanya. Lelaki itu mungkin benar-benar sakit. Namun, Alma tidak mengerti mengapa dia justru berada di sini jika tahu sedang demam.
"Kalau demam, biasanya dikasih obat, Ma. Parasetamol. Tapi sebelum itu harus makan dulu. Gue belum makan malam." Naka membalas, terlihat lebih relaks.
"Mau makan apa?" tanya Alma lagi.
"Ketoprak boleh?"
Alma memejamkan matanya, menarik napas berat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...