"Gue jatuh cinta sama lo, Alma."
Naka terbangun dari tidurnya. Membuka matanya kemudian langsung memegang pipinya. Merasakan tamparan sebuah tangan yang singgah di sana. Kemudian menyentuh bibirnya sendiri dan tersenyum kecil.
Dia mencium Alma.
Naka menjatuhkan lagi tubuhnya pada ranjang. Menenggelamkan wajahnya pada bantal sembari senyumnya yang tidak bisa dia lepaskan dari sana. Hari ketiga pasca pengakuan dirinya pada Alma, dia masih senyum-senyum kalau mengingatnya. Meski masih teringat juga bahwa setelah pengakuan itu, kemudian Naka mencium Alma tanpa aba-aba, Alma menamparnya kemudian mengusirnya saat itu juga.
Tentu saja, Naka tidak banyak cincong untuk bertahan lebih lama di sana. Selain Alma tidak memberi kesempatan untuk Naka bertahan di sana beberapa saat, Naka sepertinya memang harus segera pulang. Dia harus mendinginkan kepalanya yang sudah demam, ditambah semakin panas atas aksinya sendiri.
Setelah tiga hari ini, Naka belum berani menemui Alma kembali. Gadis itu pasti murka dengannya karena sudah main cium sembarangan. Ya, Naka akui, dia terlalu gegabah dan sangat terbawa suasana hingga tidak bisa menahan diri saat itu. Pantas saja dia sampai ditampar oleh Alma.
"Mas Naka, sudah setengah 8!"
Suara teriakan Mbak Rini terdengarnya dari luar. Membuat Naka mengangkat kembali wajahnya dari bantal.
"Iya, Mbak aku udah bangun!" Naka balas berteriak. Semalam, dia meminta Mbak Rini untuk membangunkannya jam setengah 8 pagi.
Baiklah.
Kalau begitu, mari sudahi mesem-mesem sendiri padahal Alma sama sekali belum menerima perasaannya. Ada hal penting yang harus Naka lakukan hari ini. Demi kemaslahatan hidupnya.
Buru-buru lelaki itu bangkit dari ranjang, masuk ke kamar mandi, menyelesaikan kegiatannya di sana sebelum keluar kamar dan mendapati kedua orang tuanya di meja makan menatap kehadiran Naka keheranan.
"Tumben jam segini udah bangun," komentar Papinya melihat Naka yang ikut menarik kursi dan duduk bergabung dengan mereka. "Udah wangi, lagi. Mau ke mana kamu? Bukannya masuk kerja jam 1?"
Naka mengangguk. "Naka mau ke rumahnya Sana dulu, Pi."
"Ngapain?"
Naka tidak menyahut. Hanya menatap Papinya dengan menaik turunkan alisnya. ini adalah rencana yang super-duper penting yang hendak dilakukannya. Sekali lagi, untuk kemaslahatan hidupnya.
*__*
"Mas Nyala enggak mau sekolah!!!"
Naka menutup telinganya mendengar jeritan dari ponakannya yang nakal itu. Menjerit di hadapan Naka yang baru saja datang lima menit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...