BAB 28

44.9K 5.2K 460
                                    

              "Sebut, apa yang lo perluin?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

              "Sebut, apa yang lo perluin?"

"Enggak banyak. Gue cuman perlu informasi."

Tanpa membuka suaranya lagi, Darren mengambil sebuah map di atas mejanya. Menyerahkannya pada Naka yang duduk di seberangnya.

"Wow! Secepat ini?" Naka menerima map itu takjub. Apalagi ketika membuka dan membaca isinya, dia tidak bisa lebih tidak terkejut lagi.

"Gue yakin, cepat atau lambat lo akan minta itu semua," sahut Darren. "Semua informasi tentang Ardhito ada di sana. Nama lengkap, alamat, nomor telepon, alamat kantor, riwayat pendidikan bahkan sampai golongan darah, ada semua di sana."

Naka mengangguk-angguk puas. Kakak sepupunya ini memang sangat bisa diandalkan. Dibolak-balikannya lembaran kertas itu, membaca semua informasi tentang si 'sopir taksi' yang ternyata hanyalah begajulan payah yang pingsan sekali terkena tendangan meleset Alma.

"Tapi masih ada yang kurang nih, Bro," kata Naka lagi.

Kening Darren mengerut tipis, "apa?"

"Informasi terkini." Naka menatap Darren tersenyum penuh intrik. "Beberapa jam yang lalu, Ardhito pingsan di taman. Ngeliat ternyata calon istrinya udah buat laporan kepolisian, gue yakin dia udah sama keluarganya sekarang. Gue butuh informasi terkini. Kordinat dia sekarang, polsek tempat dia melapor, dan semuanya. Gue butuh informasi terkini tentang dia saat ini juga. Ah, sama informasi tentang Diah Dewi Mayangsari."

Darren mendengkus. Namun tangannya bergerak pada telepon kabel di atas mejanya, memencet satu tombol di sana.

"Kalau Adit udah tidur, lo enggak akan bisa dapat informasi itu saat ini juga. Gue enggak mau ganggu waktu tidur Adit."

Naka menatap Darren tidak percaya. Wajahnya seolah-olah merasa begitu tersakiti. "Jadi ternyata lo lebih sayang Adit dari pada gue, Mas Darren? Adik lo sendiri?"

Lagi, Darren mendengkus. Kemudian sambungan terhubung dengan asisten pribadinya di seberang sana. Darren menyebutkan permintaan Naka pada Adit yang langsung disanggupi oleh asisten pribadinya itu.

"Gue butuh dalam waktu lima belas menit," perintah Naka pada kakak sepupunya.

Darren menghela napas mendengar itu. "Dua puluh menit. Bisa, Dit?"

Naka mendengkus. Darren benar-benar lebih sayang pada Adit dari pada dengan dirinya.

"Oke. Terima kasih, Adit. Saya tunggu segera, ya?" Darren mematikan sambungan. Disambut wajah puas Naka di hadapannya.

"Lo memang sepupu terbaik gue, Mas Darren!" Naka mengacungkan dua jempolnya pada Darren. "Kabarin gue kalau udah ada informasi dari Adit. Gue lapar, baru ingat belum makan malam. Bu Tuti kira-kira bisa bikinin gue mie instan nggak ya?"

Not Your Princess [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang