"Kejahatan dibalas dengan kejahatan hanya akan menimbulkan dua kejahatan. Bayangkan, kalau semua perbuatan jahat dibalas dengan jahat juga, seberapa banyak kejahatan yang ada di dunia ini?"
"Ih Nek, tapi enggak adil dong! Masa dijahatin orang diam aja? Nanti kalau terus-terusan diam, malah semakin ditindas, Nenek. Memang Nenek mau kalau cucunya terus-terusan ditindas orang karena biarin dirinya sendiri dijahatin? Itu namanya jahat sama diri sendiri tahu, Nenek."
"Kalau ada yang jahatin, lapor sama petugas yang berwajib. Kalau ada yang jahat di sekolah lapor ke guru, lapor ke Nenek."
"Ah Nenek mah enggak ngerti! Pokoknya Alma enggak mau jadi orang dijahatin terus-terusan. Kalau ada yang tendang, Alma balas tendang, kalau ada yang pukul, Alma balas pukul. Tapi sebagai gantinya biar kejahatan enggak semakin banyak, setiap Alma habis balas orang yang berbuat jahat, Alma akan berbuat kebaikan juga. Biar enggak cuman kejahatan yang semakin banyak, tapi kebaikannya juga."
Alma ingat percakapannya dulu dengan neneknya. Ketika sekali dua kali dia dijahili oleh temannya saat SD dulu. Alma tentu saja membalasnya. Menjadi jagoan hingga tidak ada lagi yang berani terang-terangan menjahilinya. Di SMP, Alma jadi lebih terkenal lagi sebagai orang yang tidak bisa dianggap remeh apalagi dengan prestasinya di bidang bela diri.
Saat itu dia pikir, itu akan berlangsung lama. Tidak akan ada orang yang berani berbuat jahat dengannya karena Alma bisa membela dirinya. Namun ternyata, kenyataan menghantamnya drastis. Alma dilemparkan pada sebuah lingkungan yang jauh sekali dari bagaimana Alma terlahir. Dari sebuah keluarga sederhana yang cukup dipandang oleh tetangga karena Neneknya memiliki sebuah toko beras dan juga ayahnya yang bekerja sebagai pegawai kantoran dan memiliki beberapa ladang di tempat kelahiran ayahnya dulu, menjadi gadis yang tidak berarti apa-apa saat dia bersekolah di tempat orang-orang yang berkuasa. Anak DPR, dubes, politisi, pebisnis, dokter, semua profesi yang memiliki power lebih ada di sana. Membuat Alma bagaikan semut di antara ratusan kalajengking.
Alma ... sudah tidak bisa menunjukkan eksistensi dan kekuatannya lagi. Prestasi yang selama ini ia banggakan karena memiliki banyak medali emas, tidak berarti lagi. Alma kalah telak. Bahkan saat dia sudah tidak memiliki kekuatan untuk melawan dan melaporkan semua bully-an teman-temannya kepada guru, Alma tetap tidak bisa terbebas. Guru-guru di sekolah itu tidak ada artinya dibanding kekuatan orang tua murid yang berkuasa.
"Ya ampun baiknya. Gue dikasih empat lolipop loh sama Almaratu yang judes ini."
Dan orang ini, yang baru saja mencubit pelan pipinya adalah salah satu dari sekian banyaknya mimpi buruk Alma di sekolah itu. Berkali-kali Alma mencoba menjauh, hilang dari pandangannya, tetapi tetap tidak bisa. Lelaki itu seakan memaksa untuk terus masuk. Perlakuannya yang banyak mengingatkan Alma sedikit tentang masa menyenangkan di sekolah neraka itu.
Dia ... baik. Naka ... baik. Naka masih baik padanya. Di luar dari sifat jahilnya dan juga bagaimana sekali dua kali dia mengatai fisik Alma, dia tetap baik. Naka tetap banyak berbuat baik padanya. Dari menjaga Alma di rumah sakit, sering membawakannya makan malam meski sama sekali tidak pernah Alma makan, juga sekarang dan kemarin bagaimana dia yang menemani Alma, membuat Alma memiliki kekuatan dan keberanian lebih untuk melawan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Your Princess [End]
ChickLitAlmaratu Sesilia Pramesti tidak pernah membenci seseorang sebesar dia membenci Arjuna Nakala Anugerah. Laki-laki tampan yang selalu dielu-elukan oleh semua gadis-gadis sejak dulu. Naka adalah pangeran bagi setiap wanita. Namun bagi Alma, Naka adalah...