XI: Rain & Pain

431 70 1
                                    

"If God heard my prayers tonight, convey this sense of love to her."

Enjoy

Rintik hujan membanjiri kota Gangnam sore hari itu, Gimyung duduk di sofa ruang tamu menunggu kedatangan [name] sepulang sekolah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Rintik hujan membanjiri kota Gangnam sore hari itu, Gimyung duduk di sofa ruang tamu menunggu kedatangan [name] sepulang sekolah. Ia memasang raut wajah khawatir.

"[Name] kehujanan gak ya.. apa dia bawa payung? Harusnya aku tadi tidak usah pulang." gumam Gimyung

Gimyung berjalan kesana kemari, merasa sangat khawatir. Ia kemudian memutuskan untuk menjemput [name], ia mengambil payung dan keluar dari penthouse milik Dogyu itu.

Baru saja keluar, Gimyung sudah melihat mobil sedan di depan penthouse-nya. Kemudian ia melihat [name] keluar dari mobil itu dan berlari menuju Gimyung.

[Name] berlari dan memegang wajah Gimyung, "GIM! GIM! GIMANA KONDISI MU?"

"Aku sudah mendingan, baru saja aku mau menjemputmu. Kamu naik mobil siapa?"

"Lagi sakit mau hujan-hujanan jemput aku? Gak boleh. Nanti makin sakit." ucap [name] mengabaikan pertanyaan Gimyung

Sesosok pria berbadan tinggi keluar dari mobil sedan tersebut, menggunakan payung dan memegang tas sekolah milik [name]. Ia berjalan menuju mereka berdua.

"[Name], ini tas milikmu. Ketinggalan."

Taejin memberikan tas ransel berwarna putih tersebut kepada [name], kemudian ia menatap tajam Gimyung. Gimyung menarik [name] untuk berdiri di belakangnya dan mengambil tas milik [name].

[Name] membungkukkan tubuhnya, "Terimakasih kak Taejin sudah memberikan saya tumpangan. Saya masuk dulu ya, hati-hati di jalan."

"Iya, [name]. Jaga dirimu baik-baik" Taejin kemudian meninggalkan penthouse itu dan pergi bersama supirnya

Setelah perginya Taejin, Gimyung masuk ke dalam disusul dengan [name]. Gimyung menaruh tas itu di sofa kemudian memegang kepalanya, menunjukkan ekspresi tidak suka.

"Mandi sana, kau basah kuyup. Kenapa tidak pakai payung si Taejin saja tadi saat turun? gak perlu lari-lari"

"Aku khawatir padamu, Gim. Gimana kondisimu?"

Gimyung membelakangi [name], "Mandi sana, gak usah sok peduli"

"Sok peduli gimana sih? Aku lari karena khawatir sama kamu, karena aku lihat kamu berdiri di depan rumah, padahal kondisinya lagi sakit. Kamu kenapa sih, Gim? Kok jadi aneh begini?"

"Pikir aja sendiri, baru kemarin kita ribut sama Taejin, kau malah mau aja diantar sama dia? Kalo kau diculik gimana?"

"Gak boleh begitu, Gim. Tetap saja dia ketua osis dan aku adalah wakilnya, aku harus menghormati dia, kemudian aku juga mencari tumpangan paling cepat agar bisa merawatmu disini. Kamu cuman sendirian dirumah, om Gyu sedang bekerja, bagaimana kalau semisal terjadi sesuatu padamu? Makanya aku langsung pulang."

"Aku tidak peduli, pokoknya aku tidak suka melihatmu dengan si Taejin itu" ucap Gimyung kemudian duduk di sofa dan menonton TV

[Name] memandangi punggung Gimyung, kemudian beralih menuju dapur dan membuat sesuatu. Selang 15 menit, ia kembali ke ruang tamu membawa satu gelas coklat panas dengan sup ayam di sebelahnya, serta dengan air putih hangat.

"Ini. Dimakan ya, Gim. Aku mau mandi dulu, nanti ukur lagi suhu tubuhmu" seru [name], kemudian memberikan termometer pada Gimyung

[Name] beranjak menuju kamar mandi, Gimyung memandanginya pergi kemudian menyantap sup ayam buatan [name]. Kemudian ia termenung sendiri.

"Apa aku terlalu keras bicara padanya ya..? Seharusnya aku tidak bicara seperti itu." gumam Gimyung

15 menit berlalu, Gimyung sudah menghabiskan sup ayam buatan [name]. Ia menghabiskannya sendirian dengan lahap, merasakan dirinya sudah membaik setelah memakan sup tersebut. Hujan semakin deras, bukan hujan biasa, melainkan hujan dengan petir.

"..."

"Loh?"

Mati listrik. Lampu padam, AC pun padam, semua benda elektronik mati. Gimyung beralih berjalan perlahan menuju dasbor, mencari senter untuk menerangi rumah itu. Kemudian ia menemukannya dan menyalakannya.

"[Name], kau dimana?" teriak Gimyung, mencari keberadaan [name]

"Aku di.. walk in closet.. kamarku, aku takut gelap.."

"Sebentar, biar aku samperin"

Gimyung berjalan menuju kamar [name], memasukinya dan berjalan menuju pintu walk in closet yang hanya dapat diakses dengan memasuki kamar [name], ia mengetuk pintu tersebut.

"[Name]? Kau di dalam? Bisa aku masuk?"

"T- tunggu di situ.. aku belum berpakaian, bisakah kamu buka pintu sedikit dan ulurkan senternya sebentar? Aku mau meminjamnya, aku kesulitan mencari piyama ku."

Gimyung merona, ia memberikan senternya, "Ya, ini pakai saja. Aku akan menunggu disini."

Setelah mengenakan piyama-nya, [name] keluar dan berjalan menuju Gimyung, ia duduk di kasurnya, duduk bersebelahan dengan Gimyung.

"Ini, senter untukmu. Pakai yang ini saja, aku kembali ke kamarku dul-"

Buzz!

"WAAAA!"

[Name] kaget dengan suara guntur, ia langsung memeluk Gimyung dengan ekspresi ketakutan. Gimyung memeluknya balik kemudian menenangkannya.

"Nona pendek takut petir ya? Kasihan"

"Apaan sih! Gak lucu!"

Gimyung tertawa terbahak-bahak melihat respon yang diberikan oleh [name]. Kemudian gadis itu memukul bahu Gimyung dengan pelan dan memalingkan wajahnya. Gimyung lanjut tertawa.

"Sakit perutku karena terlalu banyak tertawa. Aku mau tidur saja."

"Ya sudah tidur sana, kembali ke kamarmu"

Bukannya kembali ke kamarnya, Gimyung justru merebahkan dirinya di kasur milik [name], kemudian memeluk tubuh [name] dan menariknya untuk ikut merebahkan tubuhnya juga. Ia memeluknya dengan cukup erat kemudian menutup matanya.

"Lepaskan aku dari dekapanmu! Hey! Jangan tidur disini! Jangan memeluk ku!" marah [name] sambil memberontak

Gimyung tertawa kecil, "Ada apa sih? Aku mau tidur bersama mu.. tubuhmu dingin sedangkan tubuhku hangat, bukannya kita saling melengkapi? Kau tidak perlu menggunakan selimut lagi kan?"

WHICH ONE? - SEONGEUN & GIMYUNG X READERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang