"If God heard my prayers tonight, convey this sense of love to her."
Enjoy
[Name] kembali menuju ruang kelasnya, meninggalkan Gimyung berdua dengan Taejin. Tidak lama kemudian, bel berbunyi menandakan kelas akan segera melanjutkan pelajaran. Gimyung kembali dan duduk di sebelah [name].
"Ada apa Gim? Kau disuruh apa olehnya?" tatap [name] penasaran pada Gimyung
"Pulang sekolah, kau pulanglah duluan~ kurasa aku mendapatkan teman baru."
"Mau ku laporkan Om Gyu?"
"Eh- jangan dong. Baiklah, kau boleh ikut. Tapi sembunyi ya kalau mau ikut?"
"Kenapa harus sembunyi sih?"
•••
Pulang sekolah, semua siswa kembali ke rumahnya masing-masing, sedangkan Gimyung berjalan menuju belakang sekolah bersama [name] di belakangnya. Gimyung dengan santai memakan permen karet sambil berjalan.
"Ah. Kau sudah tiba, Kim Gimyung."
Taejin mengurangi jaraknya dengan Gimyung, ia mendekati Gimyung kemudian tersenyum hangat ke arahnya. Ia memegang pundak Gimyung, kemudian meremasnya dengan kencang.
"Sudah ku bilang kan, jangan bawa [name]? Dia di belakangmu bodoh."
"Memang kenapa kalau aku ikut? aa- AKH! LEPASKAN!"
Pergelangan tangan [name] digenggam dengan keras oleh anak buah Taejin yang mengajak Gimyung untuk bertengkar saat di kantin sebelumnya, matanya ditutup dengan dasi. Gimyung mulai kesakitan karena pundaknya diremas kencang oleh Taejin, namun fokusnya teralihkan pada [name].
"B*ngs*t! Lepaskan [name]. Sebagai pria kita harus satu lawan satu, jangan berkeroyok. Jangan merendahkan h- harga dirimu, ah!"
Taejin semakin geram pada Gimyung, ia meremas pundaknya lebih keras dari sebelumnya. Gimyung sudah kehabisan kesabaran, ia menendang kejantanan milik Taejin.
"S- sialan, kenapa kau menendang bagian itu? Lemah sekali."
"Sadar diri, hitam. Kau juga main berkeroyok."
Bugh! Bugh! Bugh!
Gimyung dan Taejin berkelahi, [name] tidak bisa melihat apa yang terjadi namun ia merasakan bahwa Gimyung berkelahi dengan Taejin melalui pendengarannya.
"GIMYUNG! BERHENTI! KAU NANTI TERLUKA OLEHNYA!"
"Kak Taejin, haruskah saya bantu..!?"
"TAK USAH, KAU JAGA SAJA [name] AGAR TIDAK LARI!"
"KEMARI KAU, PIRANG HITAM SIALAN"
Bugh! Bugh! Bugh!
Anak buah Taejin melepas genggamannya pada tangan [name] dan berlari menuju Taejin, "KAK TAEJIN!?!?"
Gimyung menghampiri [name] dan melepas penutup pada matanya, ia mengelus pipi putih dengan cakaran kecil pada sebelah kiri itu. [Name] memandangi sekujur tubuh Gimyung yang kotor, kemudian melihat ke arah Taejin yang terkapar lemas di tanah bersama anak buahnya yang mencoba membangunkannya.
Gimyung menarik pergelangan tangan [name] dengan halus, "[Name]. Ayo pergi."
Gimyung dan [name] segera berlari, meninggalkan Taejin dengan anak buahnya. Taejin tersadarkan setelah 5 menit berlalu, ia menyadari perginya Gimyung serta [name].
Taejin membenarkan posisinya, "Kemana [name]!?"
"M- maaf kak.. dia sudah pergi bersama Gimyung. Aku tadi menolong kaka-"
Plak!
Tamparan keras didapati oleh anak buah Taejin, pria dengan marga Cheon itu menggertak giginya. Emosi menguasai dirinya.
"Sial sial sial! Keparat! Aku tidak butuh belas kasihan dan perhatian lebih darimu! Aku hanya ingin [name]!"
•••
"A- aduh! Sakit, [name]!"
"Sudah ku bilang jangan berkelahi kan!"
[Name] menggelengkan kepalanya ketika melihat Gimyung sangat rewel dan cengeng ketika diobati. Gimyung terduduk di sofa, dengan [name] disampingnya, mengobatinya. Luka-lukanya cukup parah karena Taejin bukanlah musuh yang lemah. Gimyung sangat rewel dan tak berhenti menangis sedari tadi.
"Badan kekar tapi mental kayak begini. Aneh banget sih! Kayak anak cupu!"
"Huhuhu..!! Sakit [name]! Huwaaa!"
"Diam, Gimyung."
Gimyung semakin menjadi-jadi, "Huwaaa, [name] ini sakit!"
"Kubilang diam, Gimyung."
"Huwaaaa!"
"DIAM. GIMYUNG." [name] kehabisan kesabarannya
Gimyung cukup terkejut karena amarah yang ditunjukkan oleh [name]. Kali ini ia benar-benar menangis, bukan bercanda dengan tujuan mengusik [name]. Gimyung bukanlah tipe yang suka dibentak.
Gimyung menundukkan kepalanya, ia berhenti merengek dan benar-benar diam. Awalnya [name] lega, kemudian ia menyadari bahwa Gimyung menangis sambil menunduk, air matanya menodai ke sofa berwarna coklat itu.
"Gimyung..? Gim? Maaf jika aku terlalu kasar."
Tidak ada jawaban. Gimyung mengusap air matanya dan menahan isak tangisnya.
"Gim, maaf. Maaf aku terlalu kasar, jangan menangis lagi ya Gim? Nanti aku obati lebih halus lagi, ayo lah Gimmy?"
Gimyung mendongakkan kepalanya menghadap [name], matanya sembab penuh air mata. Terlihat menggemaskan.
"Gimmy? Nama yang bagus. Panggil aku dengan itu mulai hari ini."
"Kamu mau dipanggil Gimmy?"
"Iya. Dan cuman kamu yang boleh menggil nama itu. Orang lain tidak boleh pokoknya."
KAMU SEDANG MEMBACA
WHICH ONE? - SEONGEUN & GIMYUNG X READER
Fiksi Penggemar𝗧𝗲𝗺𝗮𝗻 𝗺𝗮𝘀𝗮 𝗸𝗲𝗰𝗶𝗹, 𝗮𝘁𝗮𝘂 𝘁𝗲𝗺𝗮𝗻 𝘀𝗮𝘁𝘂 𝗮𝘁𝗮𝗽? Park [Name], atau yang kerap disapa [Name] merupakan gadis blasteran Jepang-Korea. Paras menawan yang memancar dari rupanya menarik perhatian banyak orang, terutama dua insan yan...