Prolog

9.4K 329 2
                                    

Hai semuanya!!!

Selamat datang di cerita ke 3 aku niehh...

Tanpa perlu bicara panjang lebar lagi...

Let's go buddies!!!
Selamat membaca!!!

***

"Atu nda mau adek!" Teriak seorang anak berusia 4 tahun.

"Loh, kenapa nak? Kenapa kamu gamau punya adek?" Tanya seorang wanita yang merupakan ibunya.

"Nda mau mih... Nda mau... Hiks~" Ucapnya sembari menangis dalam pelukan sang ibu.

"Coba cerita sama papi sayang, kenapa anak papi yang cantik ini ngga mau punya adek?" Tanya ayahnya sembari menggendong anaknya itu.

"Huaaaaa.... Nda mau pih... Ndak mau... Atu nda mau adek, papi mami nda cayang ama atu hiks~" Racau anak itu.

"Engga sayang engga, kamu tetap kami sayang kok. Mana mungkin kami telantarkan kamu karena adek baru kamu nanti." Balas sang ayah sembari mengelus punggung anaknya.

"Iya nak, mana mungkin kami engga sayang sama kamu kalau udah ada dedek nantinya. Mami mohon sama kamu, sayangi dia ya nak kaya kamu sayang sama mami papa. Muach..." Ucap sang ibu sembari mencium pipi anaknya itu.

"Janji?" Ucap anak itu sembari mengacungkan kedua kelingkingnya.

"Janji!" Balas sang ayah dan ibu secara serentak sembari mengalungkan kelingkingnya di kedua kelingking anaknya.

***

"Sayang... Bantuin dong." Ucap seorang wanita yang hamil besar yang kesulitan meraih buah mangga yang berada di atas pohon.

"Hmmm..." Balas suaminya yang masih sibuk membaca koran.

"Loh, Cio? Kok gitu sih?!?!" Tanya wanita itu.

"Gapapa Shan..." Balas Gracio.

"Apa kamu masih ngga ikhlas karena ini bukan anak laki-laki?" Tanya Shani.

"Tuh pun tahu, gausah tanya begituan lagi." Ketus Gracio.

"Kok gitu sih..." Ucap Shani dengan nada murung.

"Bodo amat!" Ketus Gracio sembari meninggalkan Shani sendirian di situ.

"Ya Tuhan tolong sadarkanlah suami hamba, agar ia menerima anak ini dengan sepenuh hati." Batin Shani.

Lalu Shani semakin berusaha untuk meraih buah mangga mangga itu dengan menaiki kursi rumahnya untuk membantunya meraih buah itu, namun...

BRAKK....

"CIO TOLONG!!!" Teriak Shani.

"Loh, loh, kenapa kamu?" Tanya Gracio yang sudah panik.

"Perut aku... Akhh..." Ringis Shani sembari memegangi perutnya.

Gracio langsung berlari menuju Shani yang meringis kesakitan sembari memegang perutnya, darah dan air mengalir menyusuri kakinya. Tanpa berpikir panjang, ia langsung membawa Shani ke rumah sakit.

Jemari ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang