Hai semuanya!!!
Selamat membaca!!!***
"Atu nda mau adek!" Teriak seorang anak berusia empat tahun dengan penuh ketegasan.
"Loh, kenapa nak? Kenapa kamu gamau punya adek?" Tanya seorang wanita yang merupakan ibunya, ia bertanya dengan lembut sembari menatap putrinya dengan bingung.
"Nda mau mih... Nda mau... Hiks~" Ucapnya sembari menangis dalam pelukan sang ibu. Air mata mulai membanjiri wajahnya, tubuh mungilnya pun bergetar seraya menggelengkan kepalanya dengan keras sebagai bentuk penolakannya.
Sang ayah, yang sedari tadi mengamati, mendekat dan mengangkat putrinya ke dalam gendongannya. "Coba cerita sama papi sayang, kenapa anak papi yang cantik ini ngga mau punya adek?" Tanya ayahnya dengan suara menenangkan.
"Huaaaaa.... Nda mau pih... Ndak mau... Atu nda mau adek, papi mami nda cayang ama atu hiks~" Katanya dengan terbata-bata dan sesenggukan.
Sang ayah menghela napas dan mengusap punggung anaknya dengan penuh kasih sayang. "Engga sayang engga, kamu tetap kami sayang kok. Mana mungkin kami telantarkan kamu karena adek baru kamu nanti." Balas sang ayah meyakinkan putrinya.
"Iya nak." timpal ibunya sambil tersenyum, menatap putrinya dengan penuh kasih sayang. "Mana mungkin kami engga sayang sama kamu kalau udah ada dedek nantinya. Mami mohon sama kamu, sayangi dia ya nak kaya kamu sayang sama mami papa. Muach..." Ucap sang ibu sembari mencium pipi anaknya itu dengan lembut.
Anak perempuan itu terdiam sejenak. Lalu, dengan wajah masih basah oleh air mata, ia mengangkat kedua kelingkingnya. "Janji?" Ucap anak itu dengan lirih.
Sang ayah dan ibu saling berpandangan sebelum tersenyum dan mengaitkan kelingking mereka pada kelingking kecil itu. "Janji!" Balas sang ayah dan ibu secara serentak.
***
Di halaman belakang rumah, seorang wanita hamil besar tengah berdiri di bawah pohon mangga, menatap buah ranum yang menggantung di atasnya. Ia berusaha menggapainya, tapi perutnya yang membesar membuatnya kesulitan.
"Sayang... Bantuin dong." Ucap seorang wanita yang hamil besar dengan manja.
Di beranda, seorang pria tengah duduk santai membaca koran. Ia hanya bergumam pelan, tak mengalihkan pandangannya dari berita yang sedang ia baca. "Hmmm..." Balas suaminya yang masih sibuk membaca koran dan terlihat acuh pada istrinya itu.
Wanita itu mendengus kesal. "Loh, Cio? Kok gitu sih?!?!" Protes wanita itu.
Laki-laki itu, Gracio, menghela napas panjang sebelum akhirnya menjawab tanpa menatap istrinya. "Gapapa Shan..." Balas Gracio.
Shani, wanita itu, menatap suaminya dengan kecewa. "Apa kamu masih ngga ikhlas karena ini bukan anak laki-laki?" Tanya Shani dengan suaranya pelan tapi sarat dengan kesedihan.
Gracio menutup korannya dengan kasar dan melirik Shani sekilas. "Tuh pun tahu, gausah tanya begituan lagi." Ketus Gracio.
"Kok gitu sih..." Ucap Shani dengan nada murung.
Gracio bangkit dari kursinya dan berjalan melewati istrinya tanpa menoleh sedikit pun. "Bodo amat!" Ketus Gracio sebelum menghilang kedalam rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
Jemari ✓
Fanfiction"Tuhan, kenapa aku harus terlahir begini? Apakah aku pernah berbuat dosa yang sangat berat di kehidupan sebelumnya?" - Angelina Christy Davies • • • "Meskipun kamu tuli, jemariku dan jemarimu akan saling berkomunikasi satu sama lain. Jadi jangan kha...