Hari itu ialah hari yang biasa saja bagi kebanyakan orang, namun tidak dengan pemuda bermanik amber yang masih berada di tempat tidurnya walau matahari sudah berada cukup tinggi di ufuk timur sana.
Nafasnya memburu sertakan mata yang panas dan hidung yang berair. Reaksi menggigil pada tubuhnya membuat Gempa tidak mampu mengambil air di meja belajar, bahkan semakin lama bisa ia rasakan nafasnya semakin pendek dan sesak seperti ia lupa cara menghirup udara dengan benar.
Gempa menoleh pada pintu yang dibuka dari luar, menampakan sang kakak bermanik ruby datang membawa sebungkus roti dan air untuknya.
"Kak Hali..", panggil Gempa pelan. Hali mengambil kursi belajar sang adik lalu mendudukinya di sebelah tempat tidur.
"Dokter Ardi udah dalam perjalanan kesini, tapi nanti kalau kondisimu lebih buruk kau harus menurut ke rumah sakit mengerti?", ucap Hali penuh kekhawatiran. Membantu Gempa minum air dengan memberi tumpuan pada punggungnya.
Gempa mengangguk patuh, bagaimanapun jika reaksi alerginya ini kambuh maka sudah pasti dia harus mendapat penanganan intensif dari rumah sakit. Bukan hanya karena sensasi menyiksa namun ia takut kejadian dulu terulang lagi saat ia harus menginap dirumah sakit selama dua minggu karena tidak sengaja memakan makanan yang mengandung alergan didalamnya.
Pemilik manik amber itu kembali berbaring lalu menarik selimut agar menutupi semua tubuhnya, sementara Hali menaruh gelas dan roti yang ia bawa di meja sebelah tempat tidur. "Jangan lupa dimakan roti ini, aku akan turun dan membuat bubur untukmu", perintahnya.
Lagi Gempa mengangguk, "Aku mau tidur sebentar deh kak. Nanti bangunin kalau udah jadi buburnya ya"
"Iya. Kau tidur dulu", jawab Hali seraya mengusap lembut surai sang adik.
Setelah itu Hali bangkit, beranjak meninggalkan kamar Gempa dan Taufan. Namun belum sempat meraih pegangan pintu yang masih terbuka, manik rubynya menangkap sesuatu seperti bungkusan makanan ringan di meja belajar Gempa.
Ia mengambil snack itu, masih terisi setengah namun ia bukan mau memakan atau membuangnya melainkan mengecek kolom ingredient di bagian belakang.
Benar dugaannya, alis Hali langsung berkerut saat menyadari bahan utama dari pembuatan snack berbentuk keripik ditangannya. Lalu atensinya kembali pada Gempa yang terbaring, sebelum tangannya meraih gagang pintu dan ia melangkah keluar.
.
.
.
"Kau yang memberi ini pada Gempa?", tanya Hali seraya mengangkat bungkusan plastik sisa makanan ringan yang ia dapat.
Blaze tertegun sebentar, "iya", jawabnya singkat karena memang ia telah memberikan satu dari snacknya kemarin malam pada sang kakak.
Tentu saja emosi langsung memenuhi kepala Hali, manik rubynya menatap tajam pada manik oranye Blaze persis seakan ia sedang menghakiminya atas sebuah kesalahan yang bisa berakibat fatal apalagi telah menyangkut adik bungsunya sendiri.
Saudara sulung itu melempar plastik ditangannya ke kaki Blaze setelah meremasnya kuat sampai membentuk bola. "Untuk apa kau memberinya?! Gempa alergi udang! dan kau lihat bagaimana kondisinya sekarang!! ini semua karena ulahmu!!", bentak Hali dalam kemurkaan. Suaranya menggema di seluruh penghuni ruang tamu hingga mengundang atensi para saudaranya yang lain dari kamar yaitu Solar dan Ice.
Pemilik manik oranye tersentak akan ucapan Hali, "A-apa? Gempa punya alergi?"
"Dia alergi parah!! apa kau tidak lihat Gempa susah bernafas?! kalau sampai terjadi hal yang buruk padanya, semua itu salahmu Blaze!!!", bentak Hali menunjuk wajah Blaze penuh amarah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
FanfictionHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...