Pemilik manik coklat itu menatap satu-persatu remaja yang berdiri dihadapannya. Dimulai dari Solar, Thorn, Taufan, Blaze, Ice, dan terakhir Hali. Tidak ada suara apapun disaat keheningan penuh determinasi memenuhi ruang tamu, hingga terkadang suara nafas mereka sendiri bisa terdengar.
Dengan melihat keadaan mereka saja Amato sudah tau siapa putranya yang berkelahi dan siapa yang berusaha memisahkan sampai ikut terkena imbas. Darah yang tadinya mengalir dari kedua putra sulung kini sudah berhenti menyisakan bekas yang semakin lama berubah menjadi biru kemerahan.
Diamnya sang ayah menciptakan rasa tidak nyaman sekaligus gugup bagi semua bersaudara itu kecuali Gempa yang masih beristirahat dikamar.
"Ice", panggil Amato. Memecah keheningan hingga langsung mendapat atensi dari tuan pemilik nama.
"Katakan pada ayah yang terjadi", perintah lelaki itu.
Bukan tanpa alasan ia memilih Ice untuk menjelaskan, ia tau jika sang putra bermanik aqua cukup dewasa untuk mengatakan yang sebenarnya tanpa memihak pada siapapun.
Ada sedikit jeda, sebelum akhirnya Ice membuka suara. "Kak Blaze tidak sengaja memberi makanan yang membuat Gempa sakit. Kami juga tidak tau kalau Gempa punya alergi, dan Hali menuduh kak Blaze sengaja melakukannya"
"..lalu?", tanya Amato.
"Lalu..mereka berkelahi"
Penjelasan Ice membuat manik colat Amato mengarah pada Blaze dan Hali, tidak ada yang berusaha membela diri ataupun menyangkal ucapan Ice karena sedikitnya memang itulah yang terjadi. Walau ego Hali kurang setuju dengan kata 'menuduh' saat ia yakin jika Blaze sengaja membuat masalah dengan memberi makanan itu.
Amato menghela nafas agar dirinya tetap tenang dan berpikir jernih juga agar ia tidak tertutup emosi, ia beranjak menuju Gudang yang terletak di bawah tangga. Meninggalkan Elia yang kini menatap khawatir pada keenam putranya, ia memilih diam dan membiarkan sang suami yang bertindak kali ini.
Tak lama, Amato kembali membawa rotan yang cukup panjang ditangannya. Tak ada kata terucap sampai ia tepat berada dihadapkan sang anak, sekali lagi menatap ekspresi mereka yang sedikit terkejut pada tindakan sang ayah.
"Kecuali Halilintar, keluarkan tangan kalian", perintah Amato tegas.
Blaze dan adik-adiknya merasa bingung dengan perintah Amato, karena itu mereka tak langsung menurut sebelum manik mereka menangkap Taufan mengulurkan tangannya dalam diam. Tentu saja ia mengerti arti dari perintah sang ayah, ia tau jenis hukuman apa yang akan Amato jatuhi padanya dan adik-adiknya.
"Apa kalian tuli?", pertanyaan Amato membuyarkan lamunan empat bersaudara.
Dengan ragu akhirnya Ice, Solar, dan Thorn melakukan seperti apa yang dilakukan Taufan. Mengulurkan tangan mereka. Sementara Blaze masih tidak menurut, ia kesal karena ayahnya itu tidak mendengarkan perkataannya saat ia bilang jika Amato tidak boleh menghukumnya ataupun adik-adiknya.
Namun walaupun kesal, Blaze tidak dengan gamblang mencegah sang ayah karena Elia masih berada disana. Jadi ia sedang terserang dilema antara harus menurut atau malah menolak, tapi jika ia menolak pasti ketiga adiknya akan tau bagaimana hubungannya dengan Amato selama ini.
Lelaki bermanik coklatpun diam, menyerahkan keputusan pada Blaze. Sampai sebuah suara yang sedari tadi tidak berkomentar kini mulai terdengar.
"Blaze..", peringat Elia sang Ibu. Memberi kode untuk menyuruh Blaze melakukan perintah Amato.
Sial!
Berat hati tapi Perlahan tangan Blaze terangkat, ikut mengulur seperti saudaranya yang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
Hayran KurguHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...