Sore itu akhirnya kegiatan ekstrakurikuler selesai, menandakan semua siswa bisa pulang kerumah masing-masing. Sungguh hari yang sangat melelahkan karena dari pagi sampai menjelang petang seperti ini mereka terus disibukkan dengan kegiatan sekolah.
Ditengah sinar Mentari yang berwarna keoranyean, Nampak seorang pemuda berlari kecil demi mengekori seseorang yang tak lain adalah saudaranya.
"Hai Blaze", sapa pemuda itu. Senyuman tulus menghiasi wajah tampannya seraya ia berjalan disebelah Blaze. Namun pemuda itu tak menjawab, tak juga menghindar seperti biasanya.
"Ayo kita pulang bareng. Yang lain sudah duluan ya?"
"Kalau dipikir-pikir akhir-akhir ini kita tidak pernah pulang bersama ya? dirumah juga kita jarang menghabiskan waktu, kau sepertinya sibuk dengan kegiatanmu Blaze"
Tak ada jawaban.
"Mm, aku mau kau melihat sesuatu"
Langkah Blaze sedikit memelan saat ia rasakan bahunya dirangkul oleh sang kakak dengan akrabnya. Gempa mengeluarkan sebuah CD yang masih terbungkus rapi di tasnya, lalu ia tersenyum.
"Ayo main game denganku nanti, aku beli game terbaru loh hari ini, bisa dimainkan empat orang, ayo ajak Thorn dan kak Taufan juga"
Terdengar helaan nafas dari pemuda bermanik oranye, ia mengalihkan pandangannya. Entah kenapa setiap kali melihat Gempa ia merasa kesal, apalagi mengingat apa yang terjadi dengan mereka diwaktu sebelumnya.
Melihat reaksi sang adik yang tidak mencerminkan gembira sedikitpun, Gempa masih tidak menyerah. Ia tersenyum, lalu memasukkan kembali CD ditangannya ke dalam tas.
"Yah walaupun aku tidak sepandai kak Taufan tapi aku juga suka main game. Kudengar kau juga suka, jadi sekalian saja aku beli untuk kita sama-sama main dirumah nanti"
Disaat Gempa sedang mencari cara untuk membujuk adiknya itu, sementara Blaze tetap mengabaikan semua perkataannya, tanpa mereka sadari, seseorang didepan sana sedang berjalan menuju arah berlawanan.
Perempuan itu tersenyum saat manik Gempa dan Blaze akhirnya dapat menangkap keberadaannya ditengah keramaian para pengguna jalan. Merekapun berhenti sejenak untuk saling menyapa.
"Hai Gempa, hai Blaze", sapanya.
Senyumannya dibalas oleh pemuda bermanik coklat, "Hai juga Rin. Lama tidak bertemu"
"Iya Gempa, aku baru saja sembuh dari demamku. Udah seminggu aku absen, ini hari pertamaku masuk sekolah lagi". Gempa mengangguk.
"Aku juga mendengarnya. Kau harus jaga Kesehatan, cuaca sekarang kan kadang panas sekali kadang juga hujan, pasti membuat kita lebih mudah sakit"
"Ya, kau juga jaga Kesehatan. Semoga saja bukan giliranmu nanti. Kau kan selalu sibuk dan bergadang karena urusan osis"
"Hehe, tau saja. Tapi aku kuat tau, kan aku hidup sehat, tidak sepertimu yang selalu aja bergadang tapi makanan selalu yang manis atau pedas, asupanmu tidak baik Rin"
Rin tertawa mendengar ledekan pemuda itu. Ia tau betul jika Gempa sudah hafal kebiasaan buruknya yang selalu jajan makanan yang sangat manis atau bisa saja makanan yang pedas, ditambah lagi dia memang tidak suka sekali makan sayur. Karena itu Rin jadi gampang sakit seperti sakit perut, kelapa, dan lain-lain. Walau pada dasarnya dia sendiri yang mencari penyakit.
"Ya sudah. Kalau begitu aku dan Blaze pamit dulu ya. Kami benar-benar lelah hari ini", ucap Gempa berpamitan. Rin mengangguk.
"Mn. Baiklah, aku juga mau pulang. Hati-hati dijalan Gempa, kau juga Blaze". Ucapan perempuan yang merupakan salah satu siswi paling cantik disekolah itu hanya mendapat anggukan dan senyuman dari Gempa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
Fiksi PenggemarHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...