Sebuah acara pernikahan mewah digelar, semua tamu undangan dibuat terpesona dengan berbagai pelayanan, desain, maupun kemeriahan pesta yang serba memuaskan membuat siapapun akan iri melihatnya.
Disaat kedua mempelai tengah sibuk berbincang bersama beberapa tamu yang tengah hadir, tampaklah 2 pemuda berkemeja putih berbalut jas hitam sedang memegang minuman seraya saling melempar tatapan yang tak dapat dijelaskan.
Terasa aura dingin dari tatapan mereka seakan ada sebuah percikan petir, pemilik iris rubi dan aquamarine itu tak berniat membuka suara walau sudah lewat beberapa menit dalam posisi berhadapan.
"Kak Hali!", panggil seseorang penuh semangat. Pemuda yang juga berkemeja putih dengan jas hitam juga dasi rapi itu berjalan mendekat sertakan orang yang dipanggil menoleh padanya.
"Kak, coba minum ini kak. Rasanya enak loh, aku dan Gempa sudah coba tapi sepertinya Gempa tidak terlalu suka", ucap pria bermanik safir kepada sang kakak.
Hali mengambil gelas itu untuk mengamati sebelum mencobanya sementara atensi pemuda tadi kini teralih pada pemuda beriris biru laut dihadapannya. Taufan, adik pertama dari Halilintar, ia mengerutkan alis agak ragu.
"Kau anak bibi Elia ya?", tanyanya. Lawan bicaranya tersadar dan mengangguk kecil.
"Namaku Ice, anak kedua"
Taufan mengangguk, "Owh, jadi dimana saudaramu yang lain? Aku dengar kalian empat bersaudara kan?"
"Iya, yang sedang makan di meja itu adalah adik ketiga dan keempatku, Thorn dan Solar", ucap Ice seraya menujuk kecil pada sebuah meja bundar dimana seorang remaja bermanik hijau dan silver sedang asik berbincang sambil menikmati makanan mereka.
"Dan yang sedang ada di panggung itu kakakku, kak Blaze", jelasnya lagi seraya menatap panggung dimana ada seorang remaja yang tengah menghibur penonton dengan nyanyian menggebu-gebunya.
Taufan tertawa kecil melihat pemuda beriris oranye dikejauhan sana, "Jadi dia kakakmu? Sedang kerasukan apa dia disana?", ucap Taufan menyindir dengan sengiran khasnya walau tak ditanggapi apapun oleh Ice.
"Ini champagne"
Taufan tersentak sertakan atensi Ice juga teralih pada Hali yang menatap pemuda safir dengan tatapan menyeramkan.
"Erg...owh..k-kakak tau ya? hehe itu..."
"Aku akan membunuhmu Fan", suara dingin sang kakak membuat bulu kuduk Taufan berdiri. Secara refleks ia melangkah mundur pelan-pelan.
"A-aku baru ingat tadi disuruh menyapa ibu baru kita sama Gempa, aku pergi dulu ya kak", ucap Taufan sambil berbalik dan berlari menjauh, tak lupa melambaikan tangan pada Ice.
"Sampai ketemu di rumah nanti Ice!"
Hali menghela nafas kesal, kalau bukan karena ini tempat ramai pasti setidaknya telinga Taufan sudah dijewer sampai mau putus olehnya. Bagaimana tidak? Berani-beraninya anak itu meminum alkohol, masih pura-pura bodoh tidak tau lagi.
. . .
Keheningan kembali tercipta antara sang manik ruby dan biru laut itu, rasanya sedikit aneh menyadari jika mereka telah menjadi saudara sekarang namun rasa canggung yang kental masih menyelimuti mereka.
"Aku Halilintar, anak pertama ayah Amato"
Kedua kalinya Ice tersadar, iapun mengangguk paham. "Salam kenal"
"Aku punya satu adik lagi, namanya Gempa. Kurasa dia sedang ke bagian receptionist untuk mengecek daftar tamu", ucap Hali lagi.
Ice mengerutkan alisnya, "Kenapa harus dicek? Bukankah semua sudah diuurus oleh pihak hotel?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
Fiksi PenggemarHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...