Rin

1.4K 201 101
                                    

Siang itu keluarga Amato sedang menikmati makan siang mereka. Lengkap kecuali satu orang yang sudah memberi kabar bahwa ia akan pulang terlambat dari biasanya.

Tak ada kebisingan ataupun percakapan apapun, hanya suara piring dengan sendok dan garpu yang berbunyi di meja makan membuat suasana terasa damai dan merekapun sedang fokus pada makanan masing-masing.

"Gempa bilang akan pulang jam berapa Mas?", tanya Elia tiba-tiba. Orang yang ditanya mengangkat kepalanya seraya sebuah sendok berisi nasi dan suwir ayam masuk kemulutnya.

"Biasanya sudah pulang. Mungkin sedang dalam perjalanan", jawab sang kepala keluarga disambut anggukan kecil oleh Elia.

Namun, tak berselang lama setelah mengucapkan hal itu dan mereka kembali fokus pada makanan, kini terdengar pintu utama yang terbuka dari luar. Ya, Gempa baru pulang dari sekolahnya.

Tadinya ia bilang bahwa ia akan pulang terlambat karena ada persiapan pemilihan ketua osis dan ia adalah salah satu calonnya. Dia tidak mengatakan jika...

"Aku pulang", sapa pemilik manik amber itu.

"Sini Gempa. Kita makan siang dulu", ucap Amato selagi menoleh pada sosok sang putra dibalik pintu.

Tapi ia langsung tertegun saat mendapati Gempa ternyata tidak sendirian. Sungguh, pupil manik amber Amato membesar saat mendapati sang putra bersama seseorang yang sama-sama menggunakan seragam SMA putih abu. Seorang anak perempuan yang sangat manis dan cantik.

Anak perempuan itu tersenyum hormat pada Amato dan Elia diujung meja makan sana. "Halo Om, halo tante", sapanya

Sontak semua orang menoleh saat mendengar suara perempuan selain ibu mereka, langsung terpaku pada manik hitam dan polos milik partner Gempa.

Sementara si pemuda berambut kecoklatan dengan sedikit surai putih disebelahnya kini tersenyum canggung.

"Kenalkan, ini...pacarku", ucapnya ragu.

"Apa?! se-sejak kapan kau...", panik Taufan. Refleks mengikuti ayah dan Ibunya bangkit menyambut Gempa dan pacarnya dipintu utama.

"Hei. Selamat datang dirumah kami", sapa Amato ramah. Meraih uluran tangan sang anak perempuan yang ingin menyaliminya.

"Iya Om. Terima kasih. Maaf ya karena menungguku Gempa jadi terlambat pulang", ucapnya. Giliran menyalimi tangan Elia sopan.

"Ah tidak apa-apa. Paman yang suruh Gempa membawamu pulang"

"Ayo nak, kebetulan kau sudah disini. Kita makan siang bersama ya", ajak Elia. Tidak bisa menyembunyikan rasa senangnya juga kali ini.

"Benar. Ayo masuk dulu", timpal Amato.

Sang anak perempuan alias pacar dari putra ketiga keluarga itu mengangguk, "Iya tante, Om. Kata Gempa masakan Tante sangat enak, aku juga mau mencicipinya"

"Benarkah? Gempa bilang seperti itu? masakannya juga enak loh sebenarnya".

Amato dan Elia sama-sama mengantar perempuan berambut hitam panjang itu ke meja makan, layaknya putri mereka sendiri hingga melupakan Gempa yang dengan pengertian berjalan mengikuti mereka.

"Hali, tolong ambilkan satu kursi", perintah Amato. Hali langsung tersadar dari lamunannya dan mengangguk, lalu dengan sigap ia mengambil kursi tambahan untuk tamu spesial mereka hari ini.

Sebuah rangkulan kesal melingkar dileher Gempa, ya, kali ini Taufan berbisik padanya seraya mereka berjalan pelan menuju meja makan. "Hei! sejak kapan kau punya pacar, bodoh? kenapa kau tidak bilang padaku dulu? dasar adik durhaka kau!", bisiknya.

Tentu saja Taufan syok mendengar kabar jika adik bungsunya telah berpacaran, bahkan ia tidak tau jika Gempa sedang dekat dengan seseorang.

Gempa hanya menghela nafas ringan, "Kan sekarang sudah kubawa untuk kukenalkan kak"

Cause We are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang