My best Daddy

1.8K 236 136
                                    

Jam menunjukan pukul 3 pagi, waktunya setiap orang untuk terlelap nyenyak di mimpi masing-masing, entah Mimpi indah ataupun Mimpi buruk. Hal yang jelas adalah, lelaki itu baru membuka pintu rumah sampil memegangi kepalanya yang terasa pusing juga berkunang-kunang.

Tempat pertama yang dapat ia jangkau adalah sofa ruang tamu, ia langsung duduk demi mengistirahatkan tubuh lelahnya tak peduli jika ruangan masih gelap dengan hanya sinar rembulan yang masuk dari celah jendela sana.

Benar, Amato sedang mabuk.

Karena itulah ia baru berani pulang sekarang demi menghindari penghuni rumah agar tidak tau perbuatan yang telah ia lakukan. Sudah lama sekali sejak ia minum, entah apa yang sedang mengganggu pikirannya namun pemilik manik coklat amber itu kini termenung sembari bersender di sofa tanpa bersuara sedikitpun.

Pandangannya kosong, menatap pada sesuatu dikejauhan seakan mengingat masa lalu yang tak dapat ia gapai lagi. Setelan kemeja putih dengan dasi sedikit longgar lengkap bersama celana dan sepatu hitam juga jam tangan silvernya masih terpasang pertanda ia minum setelah datang dari kantor tadi.

Lama ia terduduk dalam lamunannya, sampai tiba-tiba lampu ruang tamu menyala. Membuatnya seketika tersentak dan refleks berdiri menghadap orang yang ternyata baru datang. Orang itupun sedikit terkejut karena ternyata masih ada yang terjaga di jam larut seperti ini, selain dirinya tentunya.

Pemuda itu mengerutkan alisnya. Apa yang dia lakukan dijam segini?

Sementara Amato mematung ditempatnya, tersirat rasa gugup dan takut yang langsung muncul saat manik ambernya bertemu dengan manik aqua sang kakak kedua dari empat bersaudara. Ice mendekati ayahnya itu, namun tanpa sadar Amato malah melangkah sedikit mundur menjauhinya.

"Ice..kau..baru pulang darimana?", ucap sang ayah. Berusaha menjaga jarak antara dirinya dan Ice.

Menyadari prilaku aneh Amato, Icepun berhenti melangkah dan memilih untuk berdiri ditempatnya sekarang. Ia terdiam sejenak.

"..dari membeli makan di supermarket", jawabnya.

Amato mengangguk pelan, "Kau lapar ya? besok akan ayah dan ibu belikan banyak bahan makanan agar kau tidak perlu keluar lagi dijam malam"

Kini Ice yang mengangguk, lalu berjalan menuju tangga. Namun belum sempat kakinya sampai di anak tangga, atau sebelum langkahnya genap menjadi dua langkah, ia terhenti. Lalu ia menoleh pada ayahnya yang terdiam.

"Ayah mabuk ya?". Seperti dugaan Amato, Ice tau jika ia sedang mabuk. Tatapannya yang biasa tajam penuh dengan ketegasan dan aura bijaksana, kini berubah menjadi tatapan penuh rasa bersalah.

"..maafkan ayah Ice...", hanya kalimat itu yang mampu sang kepala keluarga ucapkan.

Ia menyesal karena sudah memberikan contoh yang tidak baik didepan Ice, ia takut Ice akan menirunya. Yah walaupun kemungkinannya kecil tapi tetap saja ia sudah berbuat hal buruk dan ketahuan oleh salah satu putranya.

Ucapannya hanya membuat Ice mengalihkan pandangan menatap anak tangga di depan. Wajah datar tanpa ekspresi saat sang tuan mencium bau yang begitu tak asing di indra penciumannya, bahkan ia tau bahwa Amato meminum banyak sekali alkohol berjenis vodka sertakan sedikit aroma wine putih.

Pemiliki manik biru laut akhirnya memutuskan melanjutkan langkahnya , "Jangan sampai Solar dan Thorn tau"

Tercipta keheningan diruangan itu, Ice melanjutkan langkahnya menuju kamar sedangkan Amato mengangguk pelan sambil maniknya tertuju pada punggung Ice yang menjauh.

"..iya Ice", jawabnya.

.

.

.

Cause We are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang