"Well, kita mulai dari sini saja. Kamar ini kosong, jadi kalau ada teman-teman kalian yang mau menginap bisa kalian suruh tidur disini", ucap Amato seraya membuka pintu berwarna coklat dengan varnis mengkilap.
Keempat putra barunya mengangguk sementara ketiga kembar hanya ikut mengamati sang ayah yang sedang berperan sebagai tour guide, rasanya sedikit aneh karena kini rumah menjadi lebih ramai dari biasanya. Bahkan beberapa kamar kosongpun sudah memiliki tuan tersendiri sekarang.
"Ini kamar kalian Solar dan Thorn", ucap Amato lagi seraya membuka pintu berwarna putih yang didalamnya terlihat dua twin bed bersprey putih dan biru cerah sertakan lemari dan meja belajar masing-masing.
Kedua bungsu itu mengangguk, manik mereka berbinar melihat kamar mereka yang sepertinya sesuai espektasi.
"Kamar ini untuk Blaze dan Ice", giliran para anak sulung yang memindai kamar bernuansa putih biru milik mereka. Sama seperti kamar kedua adiknya, kamar Blaze dan Ice juga dilengkapi 2 twin bed dan meja belajar masing-masing.
"Setiap kamar ada satu kamar mandi, ada satu lagi kamar mandi dibawah tangga, itu untuk tamu tapi kalau kalian mau pakai tentu saja boleh", jelas Amato sambil memimpin jalan menuju sisi tangga yang lain.
"Nah ini adalah kamar Taufan dan Gempa, sementara kamar yang diujung itu adalah milik Hali. Jadi kalau kalian perlu bantuan tinggal ketuk saja kedua pintu ini ya", lagi-lagi keempat pemuda itu mengangguk paham.
"Oh iya Solar, ruangan ini khusus untukmu", ucap Amato seraya membuka pintu yang menampakan ruang kosong dengan hanya rak dan meja berjejer tanpa barang apapun.
"Kau bisa menjadikan ruangan ini sebagai laboratorium, ventilasi dan cahaya matahari bagus dari sini jadi kau bisa bebas bereksperimen. Cukup luas dan strategis memang, semoga kau suka", Amato tersenyum tulus pada Solar, manik silver itupun ikut berbinar dengan kejutan dari sang ayah untuknya. Pencahayaan juga penataan furniture membuat jiwa ilmuwannya excited ingin menata semua bahan dan alat lab di ruangan itu.
"Terima kasih, aku suka ruangan ini", ucapnya bahagia.
Taufan mendekat pada Solar dan merangkul bahu adik barunya, "Wah, ternyata aku memiliki adik yang sangat jenius ya, boleh dong aku ikut bereksperimen denganmu iya kan?"
Solar mengangguk, "Tentu saja, kita akan bereksperimen bersama nanti", jawab pemilik manik silver.
Sementara Gempa hanya tertawa kecil melihat kepolosan Solar, "Semoga lancar ya eksperimen kalian", ucapnya disusul tawa penuh rahasia dari Hali.
_____________
Taufan dan Gempa tengah bersantai di kamar mereka seraya menikmati udara dingin dari AC, tiba-tiba pintu terbuka menampakan sang kakak yang membawa nampan berisi 3 jus jeruk dan sepiring buah nanas.
"Kak Hali? kebetulan lagi haus nih, minta jusnya ya", pinta Taufan tanpa ragu mengulurkan tangan untuk meminta minum.
Hali menaruh nampannya di meja belajar Taufan dan langsung duduk di kursi, "Ambil sendiri".
"Hehe, emang abang yang terbaik deh", puji Taufan bangkit dari tempat tidur demi mengambil jus begitupun Gempa.
Sang manik Ruby itu menghela nafas, "Suasana rumah jadi sedikit canggung sekarang"
"Kenapa kak?", tanya Gempa.
"Hm, benar juga", sahut Taufan.
"Keempat adik kita, mereka sepertinya belum terbiasa hidup di tempat baru. Juga sepertinya orang bernama Ice dan Solar itu sedikit menjaga jarak dari kita ya? Kalau Blaze dan Thorn sih sepertinya sedikit terbuka"
Hali mengangguk setuju, "Apalagi kita serumah sekarang, mau tidak mau pasti kita saling berinteraksi. Jujur saja aku sedikit kurang nyaman dengan mereka"
"Mungkin karena kita juga belum terbiasa serumah dengan orang lain kak. Lagipula hari ini kan pertemuan pertama kita dengan mereka, jadi kupikir wajar masih terasa canggung", nasihat Gempa seraya meminum jus jeruk miliknya.
"Iya kak, salah ayah nih. Seharusnya sejak awal kita dipertemukan jadi kan bisa pendekatan dulu"
"Aku juga berpikir begitu, tapi mau bagaimana lagi? katanya mereka juga pindah kesekolah kita jadi mulai besok kita berangkat sama-sama", ucap Hali. Sebenarnya jarang sekali si manik merah itu berkunjung ke kamar adik-adiknya tapi ia merasa sedikitnya harus membahas hal ini dengan kedua kembarannya, setidaknya agar pikirannya lebih bisa menerima kehidupan baru yang akan mereka jalani.
"Eh bukan kita, kalian aja lah. Kan aku berangkat naik motor hahaha", canda pemilik manik safir sambil tertawa jahil pada Hali dan Gempa. Tentu saja guyonannya itu dibalas dengan putaran mata oleh sang kakak.
"Atau kalian bisa berangkat denganku saja, aku bonceng besok gimana?"
Gempa tertawa ragu, "Ngga deh kak. Aku masih mau hidup lebih lama", ucapnya menggaruk pipi yang tidak gatal.
"Aku juga ogah, mendingan sama mereka daripada bersamamu", timpal Hali.
"Yee, diajakin ga mau. Yaudah, besok aku akan ajak salah satu dari mereka ikut denganku kalau begitu"
"Sepertinya anak bernama Blaze itu cocok denganmu, aura kalian sama-sama gelap", sindir Hali santai meneguk jus miliknya.
Sementara Taufan hanya tersenyum simpul, sepertinya ia sedang merencanakan sesuatu diluar dugaan jika sudah bertingkah seperti itu.
"Eh iya, ngomong-ngomong tentang kecocokan, kak Hali dan Ice sepertinya tipe orang yang sama ya", ucap Gempa tersenyum bahagia karena akhirnya sang kakak akan memiliki orang yang sefrekuensi dengannya.
"Bener bener bener, Ice itu kayak namanya, terasa dingin seperti es batu hahaha. Sama kek bang Hali", sahut Taufan puas menertawakan fakta yang keluar dari mulutnya.
Sementara Hali mengalihkan wajahnya dari sang adik safir, sedikit kesal mengakui jika salah satu saudara barunya malah memiliki kepribadian yang sama, walaupun jauh didalam hatinya ia sedikit senang. Mungkin orang bermanik biru aqua itu sedikit bisa mengerti pemikirannya? entahlah.
"Aku tidak peduli, awas saja dia selalu membuatku kesal seperti kau, aku akan sering menghukum kalian. Bagaimanapun kan aku adalah kakak tertua"
"Yah emang benar sih bang Hali masih memegang julukan tertua tapi apa kakak yakin mereka bisa diatur semudah itu?", tanya Taufan, terdengar nada menyindir dari ucapannya seraya senyum jahil itu terlukis lagi.
Gempa yang memperhatikannya hanya tertawa kecil, mengambil sepotong nanas dari piring. "Akan susah deh sepertinya, kita lihat saja kedepannya gimana kak".
Hali dan Taufan mengangguk setuju.
"Kalo aku sih suka Thorn, imut sekali ya anaknya. Malah dia lebih seperti bungsu dari Solar karena Solar terlihat lebih dewasa darinya", ucap Gempa bahagia, sepertinya ia sudah memiliki favorit tersendiri kali ini.
Taufan menghela nafas, "Ciri-ciri anak kesayangan, aku jadi tidak suka dengannya"
"Kenapa? dia terlihat polos kok"
"Nanti ayah lebih sayang sama dia daripada kau baru tau rasa, terus saja puji dia", Taufan menyilangkan tangannya didepan dada memperingati sang bungsu.
Gempa yang mendengar ucapan kakak keduanya terlihat sedang berpikir, apa benar peran anak bungsu miliknya akan diambil oleh Thorn? ya walaupun ia senang memiliki adik tapi tentu saja ia kurang rela jika ayah mereka lebih perhatian pada Thorn daripada dia.
Taufan dan Hali saling bertatapan dengan senyum tipis terukir di wajah mereka, memang kedua orang ini kalau tidak menggoda Gempa sehari saja rasanya ada yang kurang. Kepuasan karena telah membuat sang adik ragu terukir jelas di wajah mereka.
______________
Author said :
Hehe, maap lama update soalnya author lagi banyak review buat cerita sebelah hehe.
Well well, apakah sudah memberi gambaran tentang kepribadian mereka? ugh ini belum seberapa pasti yah soalnya masih chill.
Di episode selanjutnya baru akan kita bedah sama-sama:)
So silahkan komen yang banyak kalo mau cepat update because author terasa makin semangat kalo ada banyak komen apalagi yang berkaitan dengan penilaian dan pendapat kalian mengenai cerita ini guys hehe.
See u on the next up...
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
Fiksi PenggemarHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...