DNA dan anak pungut

1.9K 251 43
                                    

"Woww, makanannya banyak sekali!!", pekikan gembira Taufan dan Gempa membuat Amato tertawa pelan. Halipun tersenyum kecil melihat tingkah kedua adiknya itu.

Mereka kini berada di restoran yang begitu besar bernuansa mewah dengan pelayanan dan makanan bintang lima terbaik di kota. Bagaimana tidak bahagia? semua pelayan bahkan begitu memperlakukan mereka seperti VIP, seperti layaknya pangeran istana.

Baru saja memasuki tempat megah itu, mereka telah disambut oleh 2 orang pelayan wanita cantik yang sangat ramah. Mereka mengantar mereka ke sebuah meja, hm sebuah meja. Yang entah kenapa menjadi meja satu-satunya hari ini.

Taufan membuka menu dihadapannya dengan semangat, "Keliatannya semua enak. Gem, kamu mau makan apa?", tanyanya tergiur. Gempa ikut memeriksa menu itu dengan semangat dan adrenalin penuh.

Sementara Hali masih kalem saja, ia menatap sekelilingnya dengan seksama. "Kenapa tidak ada pengunjung lain selain kita?", tanyanya. Mengalihkan atensi pada sang ayah.

Amato tersenyum mendengarnya, "Malam ini restoran dipesan full oleh seseorang. Ga tau deh siapa orang keren yang menyewanya"

"Ayahlah orang keren itu", jawab Hali tanpa ragu. Lelah dengan kenarsisan lelaki yang lagi tersenyum puas.

"Hehehe", cicitnya.

Seorang pelayan lelaki menghampiri mereka sambil membawa sebuah buku catatan kecil. Senyuman manisnya begitu mempesona ditengah wajah tampan dan gagah miliknya.

"Boleh saya ambil pesanan anda tuan?"

Hali menoleh, "Taufan, Gempa, kalian mau pesan apa? cepat beritahu waiternya", perintah Hali.

Mendengar itu, Taufan mengarahkan menu agar sang waiter dapat melihatnya. "Aku mau yang ini, ini, terus..ini dan..ini deh". Sang waiter mengangguk seraya tangannya mencatat cepat pesanan pemilik manik safir.

"Baik. Minumannya bagaimana?"

Lagi, tangan Taufan membalik lembaran menu itu. "Aku mau..". Namun senyumannya sedikit pudar saat melihat menu pertama di lembaran menu.

"Oh minuman ini adalah minuman terbaik kami dek. Apa kau mau memesan ini?", tanya waiter itu. Ia tak sadar jika senyuman Taufan memudar, Taufan tidak menjawabnya. Berusaha mencari pilihan minuman lain.

Tentu saja Amato menyadari keraguan Taufan saat ini, dia hanya memperhatikan Taufan yang langsung bingung dengan pilihannya. Bahkan rasa gugup sedikit terlihat dari putra keduanya itu. Sang kepala keluarga tersenyum kecil.

"Pesan menu pertama", ucap Amato. Membuat Taufan mengangkat kepalanya, tertegun akan kalimat sang ayah.

Hali dan Gempapun menoleh. Tak biasanya Amato akan mengizinkan Taufan menyentuh minuman seperti itu, apa mungkin mereka salah dengar? Namun belum sempat ketiga anaknya bersuara, Amato sudah lebih dulu memecah keheningan.

"Hanya setengah gelas untuknya. Sisanya jus buah apa saja", ucap Amato lagi. Ucapannya membuat Taufan tersenyum sumringah.

"Bener Yah?"

Ayahnya mengangguk menyetujui. "Hanya hari ini saja". Semakin membuat Taufan Kembali bersemangat. Lalu ia menunjuk menu es coklat spesial di pilihan menu pertama.

"Aku pesan ini. Bikin yang manis ya. Juga aku--pesan yang ini dan ini", ujar si pemilik manik safir lagi menunjuk jus jeruk dan jus buah delima merah.

Sang waiter mengangguk ramah, "Baik. Ada lagi?"

Taufan menoleh pada Gempa. "Gem, kau pesan apa?"

Gempapun ikut senang melihat kakaknya sungguh bahagia karena telah diizinkan meminum minuman manis seperti es coklat yang sangat ia sukai. Manik coklat Gempa kini memindai menu lalu menunjuk gambar semangkuk ramen dan sepiring sushi ikan salmon.

Cause We are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang