"Kak Hali. Bangun kak.."
Pemuda yang dipanggil melenguh pelan saat namanya dipanggil berbarengan dengan tubuhnya yang digoyangkan. Ah Menyebalkan. Siapa yang berani mengganggu tidurnya?
Walau terlihat dipaksakan, namun manik ruby itu perlahan terekspos dibawah sinar lampu yang terang. Setelah mengerjap beberapa saat, barulah sosok sang adik yang telah membangunkannya terlihat.
"..Gempa? ada apa sih kau membangunkanku?", tanyanya dengan suara serak. Ia masih belum sadar jika kekhawatiran terpasang di wajah sang adik.
"Kak Hali. Bantuin Gempa kak. Aku ga tau harus ngapain"
"Apa sih Gem? apa yang sangat darurat sampai kau membangunkanku? kau tau kan aku benar-benar lelah dari ekstra karate kemarin?", omel Hali seraya bangkit dari tidurnya.
Memang sudah seminggu ini ia dipercaya untuk melatih anak-anak baru di esktrakurikuler karate, karena itu setiap pulang dari sekolah ia selalu ingin istirahat. Untuk ini adalah Gempa. Jika saja Taufan yang membangunkan Hali, sudah pasti setidaknya pemilik manik safir itu akan meringis akibat bantal yang mendarat di wajahnya.
"Ada apa?", tanyanya lagi. Menatap Gempa dengan wajah garangnya hingga membuat adiknya itu bergindik takut.
"Itu..So-solar sakit kak. Aku sudah mengompres demamnya dari tadi malam tapi belum turun juga. Aku bangunkan Solar juga dia tidak bangun. Makanya...aku bangunkan kakak, maafin aku kak", lapor Gempa.
Ia kira sang kakak akan marah lagi, tapi ternyata Hali tertegun mendengar ucapannya. Kenapa tiba-tiba sekali? batin Hali.
"Berapa derajat demamnya?"
"39 derajat kak". Mendengar itu, Hali termenung sebentar. Lalu ia mengambil ponsel yang berada disebelah tempat tidur untuk menghubungi seseorang.
"Yang lain dimana?", tanyanya pada Gempa saat melihat tempat tidur yang berada disebelahnya sedang kosong.
"Yang lain sedang ada dikamar Solar kak. Kami sudah menjaganya dari jam 7 malam tadi"
Setelah beberapa saat, lagi-lagi helaan nafas terdengar dari kakak sulung keluarga itu, "Dokter Ardi tidak bisa dihubungi", ucapnya.
Tanpa sengaja, ia melihat sebuah pesan yang belum terbaca di ponselnya dengan bertuliskan 'Ayah' sebagai pengirim. Hali membuka pesan itu.
Hali,
Ayah berusaha membangunkanmu sore ini, tapi sepertinya kau sangat kelelahan.
Ayah dan Ibu harus pergi ke Jakarta karena ada staff ayah yang mengalami kecelakaan kerja, kami tidak tau sampai berapa lama ayah harus mengurus administrasi pekerja ini. Mungkin selama seminggu Ayah dan Ibu baru akan pulang.
Jaga adik-adik ya. Ayah tidak mau kejadian waktu itu terulang, jadi jangan bertengkar. Ayah serahkan mereka padamu Hali.
Ayah.
Selesai membaca itu, helaan nafas lelah terdengar seraya Hali memijit keningnya.
Bahunya jadi terasa berat setelah mengetahui sang ayah sedang tidak ada di rumah dan Solar malah sakit seperti ini. Gempa yang melihatnya jadi dibuat bingung oleh reaksi Hali.
"Kakak kenapa?", tanya pemilik manik amber.
Hali menyingkap selimut yang tadi menghangatkan tubuhnya dan berdiri serta memakai sendal rumah miliknya.
"Ayah sedang ada urusan ke Jakarta. Aku mau lihat kondisi Solar dulu", ucapnya. Gempa mengangguk, iapun berdiri dan mengekor dibelakang sang kakak.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
FanficHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...