Wise man and Cold boy

2K 266 57
                                    

Tangan yang tadinya sedang menulis kini diraih oleh sang Ayah. Membalikannya dan memeriksa efek dari hukuman yang tadi pagi ia berikan pada Hali si putra pertama.

Terdengar helaan nafas dari Amato seraya ia menaruh Kembali tangan Hali di meja dan lebih memilih memegang sebelah bahu pemilik manik ruby dari belakang. "Lain kali jangan lakukan lagi ya", pesannya.

Sementara Hali tidak menjawab, mengambil kembali pulpennya dan mulai membuat ringkasan dari pelajaran Ilmu Kewarganegaraan, meninggalkan sang ayah yang kini tersenyum kecil karena menyadari putranya itu masih marah padanya.

"Hali...", kalimatnya menggantung. Lelaki bermanik coklat amber mendekatkan kepalanya hendak berbisik ditelinga Hali.

"..selamat ulang tahun.."

"..."

Hening. Hali berhenti menulis dan melirik jam tangannya dan memang benar, ternyata hari itu adalah hari kelahirannya dan kedua adik kembarnya.

Ia sedikit tertegun karena bisa-bisanya ia lupa tentang hari ini, padahal sudah jam 9 malam, artinya hari spesial mereka akan berakhir beberapa jam lagi.

Kini tangan Amato meraih puncak kepala sang sulung dan mengusaknya gemas.

"Anak ayah..kau sudah besar sekarang." Ucapnya bangga. Lalu membalikkan tubuh Hali agar menghadapnya hingga sepasang Netra Ruby mau tak mau terekspos oleh Amato.

"Jangan marah ke ayah ya", ucap Amato berusaha membujuk.

"Ayah menghukum Hali, karena ayah tidak mau Hali jadi orang yang tidak disiplin. Hali kan tau kalau kalian diluar  hal buruk bisa saja terjadi"

"..padahal ayah mau merayakan ulang tahun kalian lebih awal, tapi Hali marah ke ayah. Jadi ayah baru bisa mengucapkannya sekarang, maafkan ayah ya"

Hali tidak menjawab. Bagaimanapun, ucapan Amato memang benar. Namun sebutlah ia terlalu gengsi untuk memaafkan sang ayah dengan mudah, jadi dia berusaha mengalihkan pandangan manik merahnya agar tidak dapat bertemu dengan manik coklat Amato.

Amato tersenyum, sudah mengerti betul perilaku putranya itu. "Ayo kita keluar. Restoran favorit kalian tutup jam 12 malam kan?"

"Ga mau, aku banyak tugas", tolak Hali mentah-mentah.

Mendengar itu Amato tentu saja tidak akan menyerah, "Hmm, bagaimana ya? Gempa dan Taufan sudah menunggu dibawah dengan pakaian yang sangat rapi dan sudah tampan semua. Keputusan Hali pasti membuat mereka kecewa"

Swingg

Kalimat maut yang mengatasnamakan kedua adiknya seketika membuat Hali ciut juga, disatu sisi dia masih marah pada ayahnya, tapi disisi lain dia juga tidak mau membuat Taufan dan Gempa kecewa.

Dan tentu saja sisi jahil sang ayah muncul berbarengan dengan senyum kemenangan karena berhasil menjebak Hali dalam pilihan yang sulit.

"Ayolah Hali, kapan lagi bisa menghabiskan waktu bersama diluar kan? Tidak perlu khawatir, malam ini ayah yang traktir, berapapun kalian belanja akan ayah bayar deh. Ayo", bujuk lelaki bermanik amber lagi.

Setelah beberapa saat memikirkan ucapan sang ayah, akhirnya Netra merah delima Hali menatap manik sang ayah ragu.

"..berempat saja..", gumamnya. Walau pelan dan tidak terlalu jelas ia ucapkan, namun Amato dapat mendengar kalimat Hali itu. Bisa dibilang, itulah permintaannya.

Amato tersenyum, lalu mengangguk penuh pengertian atas keinginan sang putra sulung.

"Janji. Hanya kita berempat", jawab Amato. Meraih puncak kepala Hali dan memainkannya lembut.

Cause We are FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang