Saat itu,
Rasanya semua memojokkannya.
Belum selesai masalah tentang sang manik safir,
Belum selesai masalah tentang pertentangan pikirannya sendiri,
Tapi kali ini...
.
.
.
"Pindah? tapi kenapa?"
Hali terdiam atas pertanyaan ibunya, berpikir alasan akan keputusannya kali ini.
Sementara saya ayah yang langsung terdiam hanya menunggu jawaban dari sang putra sulung. Jadi, Hali memanggil ayah dan Ibunya untuk mengatakan hal itu? dilihat dari tatapannya yang penuh tekad, sepertinya iya.
"Aku sudah dibesarkan dirumah ini selama dua puluh tahun. Kupikir ini sudah saatnya aku pergi kedunia luar dan menguji diriku sendiri", ucap Hali. Menatap kedua orang tuanya bergantian.
Mendengar itu, tentu saja Elia menggeleng pelan tak percaya, "Tidak Hali. Bagaimana mungkin kau bisa pergi? kau adalah pewaris keluarga ini, kami berharap sangat banyak darimu. Kau tidak bisa memutuskan hal seperti itu"
"Kenapa tidak bisa? aku sudah besar, aku punya hak untuk menentukan hidupku sendiri"
"Lalu bagaimana ayah akan menyiapkanmu sebagai pemimpin perusahaan jika kau lebih memilih untuk berada diluar? ini sama sekali tidak benar Hali". Ucapan Elia itu membuat Hali menatap lebih intens pada wanita dihadapannya.
"...bagimana jika aku tidak mau memimpin perusahaan?", tanya sang pemilik manik ruby. Hanya dengan satu pertanyaan itu saja mampu membuat Elia tersentak, seakan ia telah mendengar sebuah kabar buruk.
"Bagiamana jika aku memiliki keinginan lain pada hidupku dan bukannya menjadi pewaris grup Lauren? bagaimana jika aku tidak mau menjadi pebisnis seperti ayah? apakah ada yang bertanya padaku apa yang sebenarnya aku inginkan?"
"..."
"Hali..."
"Elia". Belum sempat Elia menyatakan ketidaksetujuannya lagi, kini suara dari sang kepala keluarga terdengar. Walau terasa berat, namun kini Amato memandang bagaimana Hali berpegang pada tekadnya.
"...Hali benar", ucapnya. Memasang sebuah senyum tipis yang walau berusaha ia buat senatural mungkin, namun masih terlihat dipaksakan. "Maaf ayah tidak menanyai pendapatmu sejak awal Hali. Ayah berharap kau bisa memimpin perusahaan menggantikan ayah, tapi seharusnya ayah juga mempertimbangkan pendapatmu"
Hali tak menjawab.
"Beri ayah waktu ya. Ayah tidak bisa membuat keputusan sekarang. Ayah harap kau mengerti Hali", ucap lelaki itu lagi.
Kali ini, Hali menghela nafas pelan. Memikirkan kembali kata-kata yang harus ia tuntaskan. "Satu lagi Yah.."
"..aku ingin membawa adik-adikku"
Dhegg
Sekali lagi, ucapan sang putra sulung membuat kedua orang dewasa itu tertegun. Apa yang sebenarnya terjadi pada Hali? kenapa begitu tiba-tiba ia membuat keputusan seperti ini?
"Aku ingin membawa Taufan dan Gempa bersamaku", tegas Hali lagi.
"Apa?"
Hali mengangguk. memandang manik coklat dari orang yang telah membesarkannya. "Aku adalah kakak mereka. Aku bertanggung jawab atas mereka. Walaupun kami tidak akan serba berkecukupan seperti dikeluarga ini, tapi aku akan berusaha keras menghidupi mereka"
Amato tersenyum tabah mendengar itu, ternyata putranya benar-benar serius atas perkataannya. Bahkan Hali telah belajar membuat sebuah keputusan besar. Keputusan yang mengubah semua mimpi dan harapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause We are Family
FanfictionHubungan persaudaraan. Hal yang kompleks penuh hamparan emosi. Awalnya mereka bukan siapa-siapa, tak saling mengenal bahkan tak tau sedang menghirup udara yang sama. Namun waktu seakan mengikis semua keasingan walau dibayar dengan makin rumitnya keh...