🦥 | 12. MARKAS AERLANG

614 74 1
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

Setelah beberapa hari menjalani rawat inap, kondisi Arga sudah membaik, meskipun beberapa memar masih sedikit terlihat. Ketika sudah diizinkan pulang, bukannya istirahat, Arga malah melanjutkan aktivitasnya seperti biasa.

Mengingat kondisi lukanya belum sepenuhnya pulih, Arga tidak berani menemui Mel, takut jika akan memicu trauma Mel lagi. Sebenarnya Arga juga tidak tega saat Dokter Ghea yang memberitahu jika Mel terus mencari dirinya, tapi mau bagaimana lagi. Satu-satunya orang yang bisa membantu menangani Mel hanya Damar, sayangnya masa cuti Damar sudah habis dan kini Damar sudah kembali bertugas.

Hari ini pekerjaan Arga selesai lebih awal, sehingga ia memiliki waktu luang di sore hari. Berhubung tidak tau ingin ke mana, Arga memutuskan untuk pergi ke markas AERLANG, kebetulan sekali teman-temannya juga banyak yang sedang berkumpul melepas penat di sana.

"Muka masih bonyok gitu udah sok-sokan kerja," celetuk Akbar, terkesan mengejek.

"Gak boleh body shaming, Bar," ucap Taufiq pura-pura menegur.

"Gue ngomentarin muka dia ya, bukan body-nya," balas Akbar.

Daffa yang sedang asik menikmati snack yang tersedia, ikut menyeletuk, "Berarti face shaming."

Teman-temannya terkekeh singkat mendengar celetukan Daffa. Namun, Arga hanya diam memperhatikan, ia jarang sekali bisa tertawa, tapi lain halnya jika bersama Mel.

"Apa di sini ada yang sedang dalam masalah?" tanya Adam yang baru saja mendekat dari arah pintu utama markas.

Azlan yang juga sedang berkumpul bersama para anggotanya itu sontak mengernyitkan kening, lalu bertanya balik, "Kenapa kamu bertanya seperti itu? Memangnya ada apa?"

Adam duduk bergabung dengan mereka di sofa, kemudian menjawab, "Tadi aku tidak sengaja melihat seseorang yang mencurigakan. Bukan bermaksud su'udzon, tapi pergerakannya seperti sedang mengawasi sesuatu di sini."

"Ciri-cirinya?" tanya Arga dengan cepat.

"Pakaiannya serba hitam, menggunakan masker dan juga topi. Dia sejak tadi duduk di bawah pohon warung seberang," sahut Adam.

Arga terdiam, ia tau orang itu sedang mengawasinya. Yang Arga tidak mengerti, kenapa akhir-akhir ini selalu ada yang memata-matainya. Arga juga bingung, sebenarnya mata-mata itu utusan siapa dan apa tujuannya.

Disaat bersamaan, Zidan juga teringat akan sesuatu. "Apa mungkin, dia penguntit yang waktu itu ngikutin lo sampe rumah gue, Ga?" tanyanya memastikan.

Ya, rumah mewah yang waktu itu Arga singgahi adalah rumah Zidan, dan orang yang mengemudi mobil Arga waktu itu juga Zidan. Waktu itu Arga memang sengaja meminta bantuan Zidan untuk mengalihkan perhatian si Penguntit, demi bertemu dengan Alvaro dan Dokter Ghea.

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang