🦥 | 14. MAMA

591 60 0
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

Di pagi hari, Arga sudah duduk termenung di halaman belakang rumah Pak Adi. Pandangannya tertuju pada air di kolam renang, seolah ada sesuatu yang menarik di dalam sana. Nyatanya, pikiran Arga tengah bercabang, memikirkan berbagai masalah yang menghampirinya akhir-akhir ini.

Arga sudah berada di rumah itu sejak acara makan malam semalam, ia memutuskan menginap setelah Pak Adi membujuknya berkali-kali. Ia memang enggan menginap karena merasa canggung dengan Bu Tiwi. Namun, tidak bisa dipungkiri, dalam hatinya juga ingin merasakan berkumpul bersama keluarga.

Ditengah lamunannya, Arga tersentak kaget saat Bu Tiwi meletakkan secangkir kopi di meja, di samping tempat Arga duduk. Ia menatap kopi itu sejenak, lalu mendongak menatap Bu Tiwi yang sudah tersenyum hangat padanya.

"Kata Caca, kamu suka kopi, jadi Mama bikinin kopi buat kamu. Maaf, kalo kopinya bukan kopi kesukaan kamu," ucap Bu Tiwi dengan tulus.

Arga tersenyum tipis sembari beralih menatap kopi itu lagi. Jadi, begini rasanya mendapat perhatian dari seorang ibu pikirnya. Arga pun mengangguk lalu berkata, "Makasih."

"Sama-sama," sahut Bu Tiwi dengan lembut, lalu duduk di kursi yang hanya berjarak sebuah meja dari kursi Arga.

Hening, mereka sama-sama diam. Hubungan yang memang tidak terlalu dekat membuat suasana diantara mereka selalu terasa canggung. Hingga akhirnya Bu Tiwi menoleh lebih dulu, ketika mendengar suara hentakan cangkir, saat Arga meletakkan cangkir itu kembali.

"Mama perhatiin dari tadi kayaknya ada yang lagi kamu pikirin. Kamu ada masalah?" tanya Bu Tiwi.

Arga menggeleng singkat dan menjawab, "Cuma masalah kerjaan."

Bu Tiwi mengangguk sebagai respon, meskipun ia yakin ada hal lain yang sedang Arga pikirkan, namun ia berusaha menghargai Arga yang masih enggan terbuka dengannya. Bu Tiwi sangat maklum, pasti tidak mudah percaya dengan orang asing disaat sudah terbiasa sendiri.

"Kalo kamu butuh temen cerita, kamu bisa cerita sama Mama," ucap Bu Tiwi, berusaha menjalin hubungan dekat dengan Arga. "Caca juga sering cerita ke Mama, bahkan sampe nangis-nangis."

Arga menoleh menatap Bu Tiwi yang sedang menatap lurus ke arah kolam, ia mulai tertarik mengobrol dengan Wanita paruh baya itu. "Gak risih?" tanyanya secara spontan.

Ya, selama ini Arga pikir orang akan risih jika mendengar cerita, apalagi keluh kesah seseorang yang tidak berhubungan dengan hidup orang tersebut. Itulah sebabnya Arga jarang menceritakan masalahnya pada orang lain.

"Risih? Buat apa?" ucap Bu Tiwi bertanya balik, membuat Arga mengernyitkan keningnya bingung. "Mama malah seneng, Nak. Kalo anak-anak Mama bersedia cerita semua keluh kesahnya sama Mama, itu artinya anak-anak Mama percaya sama Mama. Bagi Mama, harta paling berharga itu anak-anak Mama."

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang