🦥 | 25. BERDAMAI DENGAN MASA LALU

565 69 3
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

borneogirlTwitter : vi_borneogirl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • • •

"Mel Arya Latifah!" teriak Caca, sejak menginjakkan kaki di unit lantai 4, tempat Mel berdiam.

Unit di lantai 4 memang pilihan Mel sendiri, ia tidak mau tinggal di unit lantai 3 dengan alasan tidak ingin mengganggu letak barang-barang pribadi Arga. Ya, meskipun Arga tidak tinggal di apartemen itu lagi, namun barang-barangnya tetap ada di sana.

"Ayra, bukan Arya," ucap Juna mengoreksi, "Arya mah nama cowok. Lo kalo nyebut nama orang langsung bener gak bisa apa?"

"Yaelah, typo dikit doang. Santai Ngab, gak usah ngegas," sahut Caca.

Caca memang datang bersama Juna, dengan sebuah tujuan penting. Sama seperti sebelum-sebelumnya, mereka masih tetap memperdebatkan hal kecil, karena memang pada dasarnya sama-sama tipe orang yang emosian.

Di tengah perdebatan, mereka dikejutkan oleh Mel yang datang dari dapur, menggunakan celemek masak, serta sebuah spatula di tangan kanannya.

Dengan raut wajah serius Mel bertanya, "Kenapa, Ca?"

"Lo lagi masak ya?" tanya Caca menebak dengan antusias. Ia jadi ingin mencicipi masakan Mel, karena aromanya sudah sampai ke indra penciumannya.

"Iya," jawabnya membenarkan.

Berbeda dengan Caca, Juna malah menatap Mel tidak percaya. Berkali-kali ia memperhatikan Mel dari ujung kaki hingga kepala. Ia juga memperhatikan spatula di tangan Mel cukup lama, dengan kening yang sudah mengernyit samar. "Sejak kapan kamu bisa masak?" tanya Juna.

Seketika Mel tersenyum malu-malu. "Ya ini baru belajar," sahutnya sembari berlalu kembali ke dapur.

Secara spontan, Caca maupun Juna mengikuti langkah Mel. Setibanya di dapur, mereka duduk di meja makan yang tersedia di sana. Di meja itu sudah ada sepiring nasi goreng yang aromanya cukup menggugah selera Juna.

Dan tanpa permisi terlebih dahulu, Caca maupun Juna mengambil sendok masing-masing, lalu menyicipi nasi goreng itu. Baru kunyahan pertama, mereka langsung saling menatap secara spontan, seperti sedang berbincang melalui batin.

Sadar dengan pergerakan mereka, Mel segera bergabung. "Gimana, enak gak?" tanyanya penasaran.

Caca dan Juna sama-sama mengangguk singkat sembari meneruskan kunyahan mereka, membuat Mel sumringah dan ikut menyicip dengan cepat. Namun, detik berikutnya Mel langsung beranjak menuju wastafel, memuntahkan nasi gorengnya di sana.

"Ini namanya asin!" pekik Mel.

Caca dan Juna tersenyum masam setelah berhasil meneguk sesendok nasi goreng itu. Wajah mereka pun terlihat merah saking terpaksanya. Bukan maksud berbohong, mereka hanya ingin menghargai perjuangan Mel.

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang