🦥 | 30. IZIN UNTUK MENIKAH

618 67 9
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

Hari belum begitu sore, namun Mel sudah berdiam diri di tepi kolam renang. Kepalanya terus menunduk, menatap kedua kakinya yang ia ayunkan di dalam air. Tinggal sendiri di apartemen Arga membuatnya kesepian, ingin keluar pun tidak tau harus ke mana.

"Ngapain ngelamun di sini?" tanya Arga tiba-tiba.

Mel tersentak kaget dan menoleh secara spontan, ternyata Arga sudah berdiri di belakangnya, masih mengenakan pakaian kerja dengan lengkap, serta sebuah paper bag di tangan kanan. Mel yakin, paper bag itu pasti berisi coklat kesukaannya.

Bukannya menjawab, Mel malah bertanya balik, "Kok udah pulang?"

"Kebetulan kerjaan hari ini gak banyak," kata Arga, sembari beranjak duduk di samping Mel, dengan posisi menghadap Mel. "Ngapain di sini? Mau berenang?"

Mel langsung menggeleng dan menjawab, "Aku gak bisa berenang."

Seketika, tatapan Arga berubah khawatir. Bagaimana tidak, jika Mel tidak bisa berenang dan terjadi sesuatu, maka tidak akan ada yang menolong. "Kalo gak bisa berenang ngapain di sini? Kalo kenapa-napa gimana?"

"Kan cuma diem di sini, kenapa-napa gimana?" balas Mel tidak mau kalah, lagipula ia hanya bersantai.

Arga sontak menghela nafasnya, memilih untuk mengalah saja. "Yaudah, nih," katanya sembari menyerahkan paper bag di tangannya pada Mel.

Dengan senang hati Mel menyambut dan segera mengintip isinya. Jika biasanya hanya ada coklat, kali ini berbeda, ada sebuah kotak kecil yang terselip di sana. Dengan rasa penasaran, Mel membuka kotak kecil tersebut, dan ternyata isinya adalah sepasang cincin.

Mel terdiam menatap sepasang cincin itu, ingatannya kembali memutar ulang momen di mana dulu Juna pernah memberinya cincin, dengan maksud melamar. Sebenarnya Mel paham maksud Arga menyelipkan kotak cincin itu, namun ia masih merasa tidak pantas.

Melihat tidak ada reaksi dari Mel, Arga pun bertanya, "Bagus gak?"

"Bagus," kata Mel mengakui sambil mengangguk, kemudian ia menutup dan mengembalikannya pada Arga. "Ini, punya kamu."

"Kamu nolak aku?" tanya Arga tanpa menyambut kotak cincin itu.

"Bukan gitu." Mel kembali menarik tangannya, karena Arga tidak kunjung menyambut. "Tapi aku ngerasa gak pantes buat kamu."

Dengan cepat Arga kembali bertanya, "Gak pantes dari segi mananya?"

"Masa lalu ak-"

"Udah aku bilang, hargai diri kamu sendiri," sela Arga, "seburuk apapun masa lalu kamu, kamu juga berhak bahagia, kamu berhak nerusin hidup kamu, kamu juga berhak memperbaiki hidup kamu. Kamu lupa nasehat Dokter Beny sama Dokter Ghea?"

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang