🦥 | 24. DUNIA BARU UNTUK MEL

547 73 2
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

Sesuai yang dikatakan Dokter Ghea, Mel sudah diperbolehkan untuk pulang. Menghirup udara segar di luar rumah sakit jiwa, menata hidupnya kembali, meraih dan menciptakan kebahagiaan untuk dirinya sendiri, dengan versi dirinya yang sekarang.

Sesuai permintaan Mel, keesokan harinya, bertepatan dengan hari weekend, Mel dijemput oleh Arga dan Damar yang sengaja meminta izin untuk satu hari. Di weekend kali ini, Arga merasa berbeda, ia senang bisa melihat senyum bahagia Mel, senyum yang tercipta di kondisinya yang normal.

"Udah siap?" tanya Damar.

Mel mengangguk antusias, senyum manisnya pun tidak kunjung pudar. Ia bersyukur, karena Tuhan masih memberikan dua pria baik untuknya, pria yang menjadi sumber kekuatan serta pelindung untuknya selama ini.

"Abang doang nih yang digandeng? Ayangnya gak?" tanya Damar, sengaja menggoda.

"Abang, iishh," tegur Mel dengan suara pelan, sembari menatap tajam Damar, lalu melirik Arga malu-malu.

Arga yang sejak tadi memperhatikan Mel itupun diam-diam tersenyum tipis. Semenjak kondisi Mel normal, Mel memang lebih menjaga jarak dengannya, namun hal itu malah membuatnya gemas. Dan jujur saja, ia rindu dipeluk.

Damar terkekeh sembari merangkul hangat adik kesayangannya. "Yaudah, ayo, kita pulang," ucapnya dengan lembut, menggambarkan kebahagiaan yang sudah lama ia nantikan.

Mereka pun berjalan menyusuri koridor, sesekali Mel membalas sapaan para pasien yang berpapasan dengan mereka. Hingga akhirnya mereka bertemu Dokter Ghea yang baru selesai menemui pasien lain.

"Sudah mau pulang?" tanya Dokter Ghea.

Mel mengangguk sembari tersenyum. "Sekali lagi makasih ya, Dokter. Bilangin makasih juga ke Dokter Beny."

"Iya. Kamu baik-baik di sana, jangan terlalu memikirkan hal yang tidak penting, jaga kesehatan kamu. Kalau perlu bantuan, kamu bisa temui saya," kata Dokter Ghea.

Mel kembali mengangguk, sikap lembut Dokter Ghea membuatnya merasa memiliki teman. Detik berikutnya, sebuah pertanyaan tiba-tiba melintas di benaknya. "Kapan-kapan Mel masih boleh ke sini 'kan, Dokter?"

"Tentu saja boleh," sahut Dokter Ghea, "kamu bisa datang ke sini bersama Mas Arga setiap weekend, hari lain pun juga boleh jika kamu ingin menjenguk Nenek."

Mengingat soal Nenek Asih, Mel kembali tersenyum, ia pasti akan sangat merindukannya. Saat ia ingin kembali bicara, ia malah dikejutkan oleh Nenek Asih yang tiba-tiba menyembulkan kepalanya, di balik dinding persimpangan koridor, dengan sebuah popok bayi di tangannya.

Nenek Asih mendekat sembari memperhatikan Mel yang sudah tidak mengenakan seragam pasien, dan berulang kali menatap Arga dan Damar.

"Nek, Mel pulang dulu ya," pamit Mel.

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang