🦥 | 11. DENDAM MASA LALU

606 72 0
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

borneogirlTwitter : vi_borneogirl

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

• • • • •

Brak..

Pintu ruang rawat inap VIP dibuka dengan sangat kencang. Seketika, Alvaro, Zidan dan Yogi yang berada di ruangan itu tersentak kaget, dan reflek mengalihkan perhatian mereka dengan kompak, akibat kedatangan Caca dan kedua orang tuanya.

Setelah membuka pintu dengan sangat tidak sabaran, Caca segera mendekati Arga yang terbaring di atas brankar dengan kondisi mata terpejam. Caca memperhatikan wajah tampan sang Kakak yang sudah babak belur, guratan cemas pun sudah tidak bisa disembunyikan dari wajahnya.

"Kenapa Arga bisa sampe kayak gini?" tanya Pak Adi.

Alvaro dan Zidan saling menatap secara spontan, mereka bingung harus menjawab apa. Mereka tau, Arga bukan tipe pria yang suka berbagi masalah pada orang tuanya. Namun, dengan gamblang Yogi menjawab, "Arga dikeroyok, Om."

Karena jawaban Yogi, Zidan reflek menggaruk pelipisnya yang sebenarnya tidak gatal. Sedangkan Alvaro menggerakkan asal sebuah stetoskop di tangannya, ingin rasanya memukulkan stetoskop itu ke kepala Yogi.

"Apa?! Kok bisa? Siapa pelakunya?" tanya Pak Adi terkejut.

"Belum tau, Om. Masih diselidikin," sahut Zidan.

Pak Adi sontak menatap Zidan, dengan tatapan yang berbeda dari biasanya. "Kamu pikir Om percaya sama jawaban kamu, heh? Jawab jujur, Zidan."

Zidan terdiam, untuk yang kedua kalinya ia bingung harus menjawab apa. Memiliki hubungan yang cukup dekat, membuatnya tidak bisa berbohong pada Pak Adi, selalu saja ketahuan. Ketika Zidan ingin menjawab, suara Caca mengalihkan perhatian mereka.

"Ini kakak gue masih hidup gak sih?" celetuk Caca bertanya, akibat tidak melihat adanya pergerakan dari Arga selama ia memperhatikan.

"Bisa manisan dikit gak sih, sama Kakak sendiri," ucap Arga sembari membuka matanya.

Sebenarnya Arga sudah sadar sejak tadi, ia hanya berpura-pura karena menghindari pertanyaan dari Pak Adi. Bukan apa-apa, Arga yang sudah menyayangi papanya, tidak ingin melihat Pak Adi khawatir. Namun, celetukan Caca membuatnya kesal.

"Halah. Lo nya aja ngeselin," balas Caca dengan gaya bersedekap dada.

"Caca," ucap Bu Tiwi menegur.

Arga maupun Caca sama-sama melirik Bu Tiwi, bedanya Arga hanya sebentar karena langsung mengalihkan pandangannya. Hubungan antara Arga dan Bu Tiwi memang masih amat canggung.

Ditengah suasana canggung itu, Alvaro berdeham sembari beralih menatap Arga, lantas bertanya, "Gimana, kepala lo masih sakit?"

"Dikit," sahut Arga. Ia ingin beranjak dari tidurnya, namun rasa sakit di perutnya menghentikannya.

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang