🦥 | EPILOG

907 76 12
                                    

Instagram : vi_borneogirl
Tiktok : vi.borneogirl
Twitter : vi_borneogirl

• • • • •

Di kursi tunggu yang ada di salah satu kamar rumah sakit, di sanalah Caca duduk di antara Juna dan Zidan. Wajahnya sudah sangat sembab, akibat menangis tanpa henti selama berjam-jam. Apalagi saat melihat Arga dan Mel ditemukan dengan kondisi yang mengenaskan, rasanya seperti mimpi buruk.

Di samping kiri Caca, ada Zidan yang senantiasa mengusap bahu Caca, dengan posisi merangkul Caca yang bersandar di dadanya. "Kenapa bisa sampe kayak gini, Ga?" batinnya merasa prihatin.

Sedangkan Juna yang duduk di samping kanan Caca, hanya diam dengan tatapan kosong, lurus ke depan. Matanya terlihat merah seperti orang yang ingin menangis, namun tidak ada setetes air mata pun yang keluar, seolah air matanya sudah habis terkuras.

Di kursi lain, ada Bu Rina yang terlihat lemas akibat sempat pingsan melihat kondisi Arga, di temani oleh Bu Tiwi. Di samping Bu Tiwi juga ada Pak Adi yang sudah sangat berantakan, ia menunduk dengan posisi sedikit membungkuk, serta kedua tangan yang meremas kuat rambutnya, dengan posisi siku yang bertumpu pada kedua pahanya.

Tidak jauh dari mereka, ada Pak Anton yang sedang berdiri, sembari memeluk Bu Mona yang juga terus menangis. Rasanya, hati Bu Mona hancur dalam sekejap, ketika melihat kondisi sang Putri yang jauh dari kata baik-baik saja.

"Pa, Damar ke toilet dulu," ucap Damar yang juga berada di sana.

Setelah melihat Pak Anton mengangguk, Damar segera beranjak. Dengan pakaian yang basah kuyup, ia melangkah dengan tatapan kosong, membuatnya tidak sengaja menabrak salah satu Suster yang berpapasan dengannya, di persimpangan koridor rumah sakit.

"Maaf, Sus," ucap Damar yang sempat menahan barang bawaan Suster itu.

Suster itu mengangguk dan segera beranjak dengan buru-buru, dan Damar pun kembali meneruskan langkahnya. Setibanya di toilet, ia berdiri di depan wastafel. Perlahan ia menunduk, tubuhnya pun terlihat bergetar, pertanda jika ia sedang menangis.

"Semesta jahat ya, Dek. Padahal kalian baru aja ngerasain bahagia," gumam Damar dengan nada lirih, "andai bisa diganti, Abang rela gantiin posisi kalian."

Suasana di toilet itu cukup sunyi, kebetulan hanya ada Damar di dalam sana. Karena kesunyian itu juga, isak tangis Damar terdengar cukup jelas.

🦥 • 🦥 • 🦥

Di sebuah ruangan dengan aroma khas rumah sakit, Mel yang duduk di kursi roda, tengah memeluk Arga yang terbaring di atas brankar. Tubuhnya bergetar akibat tangis yang menggambarkan betapa sesak dadanya saat ini.

"Ga, kamu tau, sekarang aku benci paralayang. Gara-gara paralayang, kamu jadi kayak gini. Aku nyesel ngajak kamu main paralayang," ucap Mel di tengah isak tangisnya.

Cukup lama Mel menangis dengan posisi seperti itu, meluapkan rasa sesak di dada yang sejak tadi menyiksanya. Kini, Mel merasa jika dunianya hancur, untuk yang kedua kalinya.

Tidak hanya itu, Mel juga harus berusaha mengendalikan dirinya, agar mentalnya tidak terganggu seperti dulu. Dan untuk kali ini, rasanya dua kali lipat lebih sulit, pasalnya tidak ada Arga yang membantu dan menemaninya.

Mengingat semua nasehat yang pernah diberikan oleh Arga, Dokter Ghea, serta Dokter Beny, membuat Mel kembali sadar dan berusaha ikhlas menerima semua yang terjadi pada mereka.

Secara perlahan, Mel mendongak menatap wajah pucat Arga. Tangannya mengusap lembut pipi Arga, ia juga tersenyum, bersamaan dengan air mata yang tidak henti-hentinya keluar.

"Selamat istirahat pangeranku, i love you," ucap Mel, kemudian kembali memeluk Arga dan perlahan memejamkan matanya.

🦥 • 🦥 • 🦥

Kebahagiaan memang bisa membuat kita lupa akan rasa sakit yang pernah kita rasakan, tanpa kita sadari jika kebahagiaan akan selalu berdampingan dengan kesedihan. Baik kesedihan yang berasal dari masalah kecil, maupun masalah besar.

Apapun yang kita rasakan, kita harus tetap bersyukur, karena kebahagiaan dan kesedihan bisa datang menghampiri kita juga atas izin Tuhan. Mungkin, Tuhan memberikan kesedihan sebagai sebuah ujian, atau proses pendewasaan.

Jangan malah memaksakan keinginan sendiri, apalagi sampai nekat berbuat apapun demi meraihnya. Percayalah, apapun yang berlebihan itu tidak akan baik untuk kita. Jadi jika keinginan kita tidak terwujud, maka ikhlaskan, karena jika Tuhan tidak mengabulkan keinginan kita, artinya itu bukan yang terbaik. Ingat, Tuhan lebih tau apa yang terbaik dan pantas untuk kita.

Intinya, tetap dekatkan diri kepada Tuhan, apapun kondisinya. Bersyukur dan ikhlas itu penting, karena keduanya bagaikan kunci agar hidup kita lebih tenang.


• • • • •

~ T A M A T ~

• • •
• •

Alhamdulillah, akhirnya selesai!

Gimana menurut kalian?
Semoga ada pelajaran yang bisa kalian petik dari cerita ini ya ☺

See you next story or new story, Revi!
Assalamu'alaikum.
🤍👋🏻

Kalimantan Selatan,
06 Januari 2024.

Hidden Wound : People with Mental DisordersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang