— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Kapan pulang?"
"Apa maksudmu? Mengapa bertanya seperti itu ketika Suamimu sedang bekerja? Kita juga menikah—"
"Putrimu tidak bisa dibangunkan, dia belum makan malam."
"Baiklah, saya akan panggil Bibinya."
"Cepat, sebelum jam makan malam berlalu."
Panggilan dimatikan sepihak oleh pria Nam, Sowon mengumpat kesal karena tak menerima balasan apapun atas tindakannya saat ini. Sejujurnya, Sowon ingin sekali mengguyur kepala Sinb yang tidur seperti sedang pingsan itu, tapi dia sadar tindakannya bisa saja membuat gadis itu makin membenci dirinya. Kan, dia datang untuk menjadi ibu tiri yang baik.
Sowon terperanjat kaget ketika pintu kamar Sinb dibuka tanpa ketukan terlebih dahulu, seorang perempuan yang mungkin lebih muda dari dirinya datang.
"Baru sehari jadi Ibunya sudah tidak becus," katanya. "Tinggalkan kamar ini."
"Ck, dia tidur seperti orang yang sedang melakukan simulasi meninggal," kata Sowon. "Jadi, berjuanglah untuk membangunkannya."
"Pergi."
"Baiklah!" Sowon berucap sedikit kesal, kemudian ia melengos pergi dari kamar gadis Nam.
Begitu sampai di luar kamar, Sowon mengusap pinggangnya yang terasa nyeri. Sungguh, menggendong tubuh bongsor seperti Nam Sinb itu bukan tugasnya. Namun, keadaan memaksa dirinya untuk membawa dia sampai ke kamar agar tidur di tempat yang lebih nyaman. Sialnya, tindakan tersebut justru membuat anak itu makin nyaman tidurnya.
"Ibu," panggil Umji.
"Hei," balas Sowon. "Bisa kau pijat pinggang Ibu? Rasanya nyeri di sana."
Umji meringis dibuatnya. "Kan, apa aku bilang? Ibu jangan menggendong dia, seharusnya Ibu bangunkan Sinb tadi."
"Ibu tidak tahu jika dia akan seberat itu," katanya.
"Tapi, tadi ada seseorang yang datang, apa dia masuk ke rumah?"
Sowon mengangguk. "Ibu menelepon Ayahnya, dia mengirimkan Bibinya untuk membangunkan Sinb."
"Dia belum bangun juga, Bu?"
"Belum. Dia sempat terusik, tapi kemudian tidur lagi seperti orang yang meninggal," celoteh Sowon. "Kau sudah selesai makan malam?"
"Ya, sekarang aku mau tidur."
"Selamat malam~"
"Selamat malam juga, Bu~"
Setelah itu Umji pergi ke kamarnya, membuat Sowon segera ke dapur untuk memeriksa bagaimana keadaan dapur saat ini. Tapi dia percaya pada Umji yang sudah membereskan bekas makan malamnya sendiri, dia telah mendidik putrinya dengan baik.
Benar dugaannya, piring kotor bekas makan malamnya sudah bersih. Namun, sepertinya akan berbeda jika itu Sinb yang melakukan makan malam tanpa diawasi.
"Tidak perlu membangunkan dia untuk makan malam."
Sowon berbalik, perempuan itu datang dengan raut wajah datarnya. Wow, sepertinya keluarga ini punya sifat yang dingin.
"Kenapa?" tanya Sowon. "Dia belum makan malam, bagaimana dia bisa tidur dengan nyenyak?"
"Tidak apa-apa."
"Omong-omong, kenapa kau tidak datang ke pesta pernikahan kami?"
Perempuan itu berkacak pinggang, ia menatap Sowon dari atas sampai ke bawah.