"Ibu, Aku Merindukanmu."

198 35 25
                                    

— RANGKAIAN BAHAGIA —

Usia Sinb tidak bisa dibilang kanak-kanak lagi, tetapi sifatnya ketika bertemu dengan Sang Ibu kontan berubah drastis. Di siang harinya, ketika asyik mendengarkan beberapa musik pilihan terbaik, mereka kedatangan Jung Jisoo. Wanita itu datang seorang diri, membawa tenda sendiri dan juga perbekalan di tas ransel besarnya. Entah siapa yang memberitahu Jisoo tentang keberadaan mereka saat ini, tetapi hadirnya membuat sebagian dari mereka terkejut.

"Ibu, aku merindukanmu."

Sinb. Menjadi satu-satunya orang yang senang melihat kehadirannya. Bahkan, saat datang Sinb langsung berlari ke arah Jisoo untuk sebuah pelukan hangat. Sinb rindu Ibunya, Sinb butuh kasih sayang seorang ibu yang tak pernah ia dapatkan sebelumnya.

"Ibu," panggil Sinb, sembari tangannya merangkul lengan Sang Ibu. "Ayo pasang tendanya, Sinb bantu!"

Jisoo menghembuskan napas kasar, dia sudah menolak rangkulan Sinb, tapi anak gadisnya ini masih terus memaksa hingga mau tak mau dipertahankan rangkulannya sampai sekarang.

"Dan bagaimana aku bisa memasang tenda?" tanya Jisoo. "Jika tanganmu terus-terusan begitu."

Sinb cengengesan. "Ayo, malam ini Sinb tidurnya di tenda Ibu saja, ya? Sinb mau tidur nyenyak seperti malam itu."

"Terserah."

Rangkulan itu akhirnya terlepas juga, maka Jisoo tanpa ragu segera mengeluarkan tendanya untuk dipasang. Dia menoleh ke arah tiga orang lainnya yang hanya duduk mengelilingi sisa api unggun semalam.

"Mengapa kau mau saja dibawa ke tempat seperti ini?" tanya Jisoo.

"Memangnya kenapa?" Sinb balik bertanya.

"Lihatlah, tempat ini benar-benar tidak layak disebut sebagai tempat yang menyenangkan," tutur Jisoo. "Apa kau nyaman tidur di sini? Astaga, kenapa aku punya anak yang bodoh begini, ya?"

"Sinb tidak bodoh, asal kau tahu," bela Jennie. "Kau yang sialan!"

Sowon meraih tangan Jennie untuk digenggam, bisa jadi panas kalau sampai Jennie tidak ditenangkan. Mulutnya itu, memang sulit diajak baik-baik jika berhadapan dengan seseorang yang tidak disukai olehnya.

"Ibu, sebelah sini!" seru Sinb. "Ibu ke sini tahu dari siapa? Apa insting seorang ibu yang membuat Ibu datang ke sini? Ibu ke sini untuk menemaniku, iyakan?"

Jisoo mengangguk seadanya, hal itu tentu saja membuat Sinb senang bukan main. Hanya hal sederhana, tapi bagi Sinb yang tak pernah mendapatkannya merasa bahwa hal tersebut sangatlah menyenangkan.

"Ibu," panggil Sinb. "Ibu kenapa?"

Jisoo menunduk, ia meraba-raba tetapi tidak berbicara apa-apa.

"Apa Ibu?"

"Tisu!!!" pekik Jisoo. "Ambilkan tisu dari dalam tas, cepat!"

"B-baik, Bu."

"Ada apa?" tanya Sowon.

Sinb terlihat sibuk mencari di mana keberadaan tisu yang diminta. Dia tidak tahu di mana Ibu Jisoo menyimpan tisu tersebut, sedang yang mengemasi barang-barang bukan dirinya, jadi mana dia tahu.

"Cepat Nam Sinb!" sentak Jisoo. "Punya mata atau tidak, sih?!"

"Tidak ada di sini, Bu," kata Sinb cemas.

Sowon merogoh tisu dari hadapannya, dia beranjak menghampiri Jisoo yang tengah menadahkan telapak tangannya dan sudah dialiri oleh cairan berwarna merah.

"Mimisan?" tanya Sowon. "Astaga, Dokter Lee cepat ke sini!"

"Kenapa?" tanya Jennie.

"Cepat!!!"

Rangkaian BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang