"Hentikanlah."

251 47 30
                                    

- RANGKAIAN BAHAGIA -

Sowon terperanjat kaget, dia pikir Seongwoo sudah tidur. Namun, begitu ia memasuki kamar, ia disambut dengan keberadaan Nam Seongwoo yang tengah berdiri menghadap ke ambang pintu. Entah sejak kapan pria itu berdiri di sana.

"Tutup pintunya."

"K-kau mabuk lagi?"

"Tutup."

Sowon menelan ludahnya dengan susah payah, kemudian dengan berat hati ia maju selangkah hingga menutup pintu. Seongwoo melangkah mendekat, pandangannya tidak pernah lepas dari wajah Sowon.

"Jangan bertemu dengan pria lain, aku tidak suka."

Sowon tersenyum kecut. Apa katanya?

"Dalam perjanjian kita,"

"Tidak ada larangan itu."

"Jadi, bagaimana bisa kau melarang seperti itu?"

Kedua tangan Seongwoo mengepal, rahangnya pun kelihatan mengeras.

"Hentikanlah."

Tangan Seongwoo bergerak cepat terangkat, telapak tangannya menyentuh pintu, mengunci Sowon dari hadapannya.

"A-apa yang akan kau lakukan?" tanya Sowon. "A-aku, aku, k-kau mabuk, ya?"

Seongwoo memejamkan matanya, perlahan ia menurunkan tangan itu dan berbalik membelakangi Sowon. Kini Sowon dapat mengatur napasnya, setelah beberapa menit begitu sulit bernapas karena jarak di antara dia dengan Seongwoo begitu dekat.

"Jangan temui pria mana pun lagi, dan jangan sok akrab."

"Tidak, perjanjian kita-"

"Batalkan perjanjiannya, aku menyukaimu."

Rasanya waktu berhenti saat itu juga. Sowon terpaku membisu, bibirnya menjadi kelu mendengar apa yang keluar dari mulut Seongwoo. Pria Nam berbalik, sorotnya yang tajam berubah menjadi teduh. Detik berikutnya, Seongwoo menjatuhkan keningnya di bahu sebelah kanan Sowon.

"Lantas, bagaimana dengan masa depan Sinb?"

Seongwoo menggelengkan kepalanya.

"Bagaimana jika suatu hari nanti Sinb membutuhkan jantungku?"

Seongwoo menggelengkan kepalanya lagi, kemudian sebelah tangannya terulur meraih pinggang Sowon dan menariknya dalam dekapan. Sowon cukup terkejut atas tindakannya, tak ada aroma alkohol barang sedikit pun yang tercium, juga apa yang ia rasakan saat ini benar-benar nyata, bukan sekadar mimpi.

"Ada apa denganmu?" tanya Sowon. "Aku bukan Jisoo, aku-"

"Aku tahu, aku tahu," potong Seongwoo. "Dan aku tahu kalau kau sedang mengandung sekarang."

Mata Sowon memanas. Bagaimana bisa dia mengetahui tentang fakta itu?

"Jaga dirimu baik-baik, aku tak ingin kehilangan lagi," bisik Seongwoo. "Aku ingat malam itu, seharusnya kau lebih ingat, Sowon ssi."

Sowon mendorong dada Seongwoo, kini air matanya jatuh membasahi kedua pipi. Sowon pikir, hanya dirinya saja yang menangis sekarang, tapi saat melihat mata Pria Nam memerah serta ada bekas cairan di pipinya, menjadi sebuah tanda jika Pria Nam pun menangis.

"Aku akan menggugurkan kandungan ini."

"Tidak boleh."

"Bagaimana pun, aku-"

"Tidak boleh."

"Aku tidak mau melanjutkan hubungan kita, aku tidak mau berhubungan dengan laki-laki yang masih belum selesai dengan masa lalunya."

Rangkaian BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang