— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Kapan terakhir aku bahagia?"
Sowon memicingkan matanya, dia mengingat-ingat kembali momen bahagia sebelum masuk ke dunia pernikahan palsu yang kedua kalinya ini. Oh iya, terakhir kali Sowon benar-benar bahagia adalah ketika Umji lahir ke dunia ini. Semenjak putrinya itu lahir, ia jadi memiliki semangat hidup yang lebih baik dari sebelumnya.
"Yak!"
Sowon terperanjat, ia beranjak berdiri melihat kehadiran pria Nam yang berada di ambang pintu kamar. Dia pasti datang untuk memberitahu kalau anak-anak sudah tidur, sehingga Sowon diperbolehkan pergi ke kamarnya. Mereka sudah sepakat untuk tidak tidur sekamar.
"Baiklah, aku akan pindah."
"Tidak," kata Seongwoo. "Kau tidur saja di sini, biar aku yang di kamar sebelah."
"Apa?"
Seongwoo mengangkat kedua bahunya tidak tahu, padahal melihat cara Sowon duduk di tepian ranjang itu membuatnya tak tega mengusir dari sini. Biarlah, lagipula kamar sebelah juga hampir sama dengan kamar utama ini.
"Dan apalagi?" tanya Sowon. "Kenapa kau masih berada di sini?"
"Besok buatkan sarapan dengan menu yang sama," katanya.
"Aish!" Sowon mendesis sembari melipat kedua tangan di bawah dada. "Kau tahu? Putrimu yang paling baik itu bahkan tidak menyentuh masakannya, dia malah bikin sereal."
"Buatkan saja," kata Seongwoo. "Sampai dia mau memakannya. Dia sangat abai terhadap isi perutnya."
"Itu akan mem—"
"Apa aku pernah protes saat kau membuang-buang uangku?" potong Seongwoo. "Aku tambahkan uang bulanan khusus untuk belanja keperluan pribadimu."
"Deal!"
Senyum Sowon mengembang. Dia benar-benar gila terhadap uang, sebab dengan uang dia bisa melakukan apa saja. Hidupnya jauh lebih bahagia dari yang sebelumnya, Sowon bisa menjamin itu.
"Tapi, apa yang disukai oleh Sinb?" tanya Sowon. "Tadi aku beli boneka untuknya, dia malah mengumpat."
Seongwoo tersenyum kecut. "Kau pikir dia anak kecil? Dari kecil saja dia tidak pernah mau boneka."
Sowon manggut-manggut baru paham. Pantas saja di kamar Sinb tidak ada boneka barang satu pun, di kamar gadis itu hanya ada komik-komik animasi penuh aksi.
"Komik?" tanya Sowon.
"Ya," jawab Seongwoo. "Itu kesukaan dia, komik."
"Baiklah." Sowon berjalan menghampiri Seongwoo. "Tinggalkan kamar ini sekarang, aku mau tidur."
Seongwoo memutar bola matanya malas, tanpa diminta juga dia sudah akan pergi dari kamar ini. Sepeninggal pria Nam, Sowon menutup pintu dan memandangi kamar ini. Dia tidak menemukan kerusakan masa sekali, sepulang menjemput anak-anak kamar ini rapi seperti tak disentuh siapa-siapa.
"Dia benar-benar mengundang wanita lain ke sini, kan?"
— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Sarapan tiba~"
Sowon baru diberitahu kalau gadis Nam sakit, sehingga dia yang kini statusnya sudah menjadi ibunya harus memberi perhatian lebih. Begitu masuk ke dalam kamar, ia melihat pemandangan menenangkan seorang Nam Sinb yang terbaring dengan infusan di lengannya. Jadi, dia benar-benar sakit?
"Selamat pagi," sapa Sowon. "Putriku, mengapa kau bisa seperti ini? Ibu sangat khawatir, rasanya Ibu—"
"Berisik!"