— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Ibu?"
"Benar, kau Ibuku."
"Ibu, aku Sinb."
"Ibu, aku merindukanmu."
Sinb menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, ia pun menyeka air mata yang tanpa sadar jatuh membasahi kedua pipi. Maka kakinya melangkah lebih dekat, ia meraih wajah Sang Ibu untuk memastikannya. Benar, Sinb dapat merasakan wajahnya, Sinb dapat merasakan hadiran, dan Sinb dapat melihat keberadaannya secara nyata.
"Ibu!"
Sinb memeluk. Sementara wanita yang tampak shock tersebut hanya bergeming, ia bahkan tak membalas pelukan anak gadis yang menyebutnya dengan sebutan ibu. Malah, setelah dirasa lama ia mendorong perlahan pelukan gadis itu darinya, ia tertunduk menatap sepasang kaki Gadis Nam lalu secara perlahan mengangkatnya hingga sampai ke wajah.
"Aku Sinb, Ibu~"
"Aku Sinb~"
"Ah, Ibu tidak tahu namaku? Tidak, atau Ibu tidak diberitahu namaku?"
"Tapi Ibu, kenapa Ibu mengarang tentang kematian Ibu sendiri?"
Jung Jisoo tidak dibangkitkan kembali, tetapi keberadaannya di dunia ini memang sudah menjadi takdir Tuhan. Wanita Jung menoleh ke arah dua orang asing di sana, yakni Sowon dan Umji.
"Siapa mereka?" tanya Jisoo.
Sinb menoleh sekilas, bukannya menjawab dia malah memeluk Sang Ibu karena tak mampu menahan rasa bahagia dalam dirinya. Akhirnya, Sinb bisa mendapat dan merasakan bagaimana memeluk ibu kandungnya sendiri. Sinb pun dapat merasakan perbedaannya saat ini, meski tak dibalas tapi Sinb dapat merasakan nyamannya.
"Ibu, aku merindukanmu~"
Perlahan, Jisoo mengangkat kedua tangannya dan balas memeluk Sinb. Ia mengusap-usap punggung kepala Sinb, serta tidak lupa satu kecupan lamat yang mendarat sempurna di pucuk kepala anak gadisnya. Setelah itu, Jisoo melepas pelukan dan beralih menatap ke arah Sowon.
"Kau siapa?" tanya Jisoo.
Sinb memegang lengan Sang Ibu, menahan langkahnya yang hendak menghampiri Shin Sowon.
"Ibu," panggil Sinb. "Tapi, kenapa Ibu membuat kekacauan di rumah ini?"
"Siapa dia, Sinb?" tanya Jisoo sekali lagi.
"Ibu~" Sinb merangkul lengan Sang Ibu posesif. "Ayolah, aku merindukan Ibu, sekarang bukan waktunya Ibu mencaritahu tentang siapa dia."
"Lepas!" sentak Jisoo reflek, ia bahkan sampai mendorong tangan Sinb dari rangkulannya.
Sowon menarik lengan Umji, memintanya agar berdiri di belakang saja. Maka di detik itu juga Jisoo melangkah mendekati Sowon, ia menatap Sowon dari atas sampai ke bawah, menilainya dengan saksama.
"Wah, dunia ini sempit sekali," ucap Jisoo.
Sowon mengernyit bingung.
"Kau suka sekali memiliki barang bekas diriku, ya?"
Tidak, Sowon masih belum paham dengan maksudnya.
"Tapi tidak masalah, sebab cintaku sudah aku miliki," ungkap Jisoo. "Kasihan, tidak pernah dicintai dengan tulus oleh laki-laki, ya?"
"Tidak!" pekik Sinb, dia berlari cepat dan berhasil mencekal lengan Sowon yang terangkat hendak menampar Jisoo. "Apa yang kau lakukan? Jangan bertindak kasar kepada Ibuku, ya."
Jisoo melipat kedua tangan di bawah dada. "Oh, jadi dalam artikel itu benar rupanya, bahwa Nam Seongwoo telah menikahi wanita ini."
"Ibu," panggil Sinb. "Kenapa Ibu melakukan ini padaku? Kenapa Ibu berpura-pura tiada? Kenapa Ibu membiarkanku hidup dengan sepi?"