— RANGKAIAN BAHAGIA —
"KAU ADALAH ANAK YANG TIDAK PERNAH DIHARAPKAN!"
"DALAM HIDUP SAYA, SAYA TIDAK PERNAH SUDI PUNYA KETURUNAN DARI WANITA RENDAHAN SEPERTI IBUMU!"
"KAU ADALAH KESALAHAN TERBESAR!"
Masih jelas di benak pikiran Umji, bagaimana pria itu berbicara kasar di depannya. Choi Jongin—ayah kandung Umji. Seumur hidupnya, Umji tidak pernah merasakan bahagianya memiliki seorang ayah. Hidupnya sungguh hancur, dari kecil dia dibentak, bahkan parahnya lagi dia sering disiksa secara fisiknya. Tapi kini ...
"Pulang sekolahnya mau dijemput Ayah?" tawar Seongwoo.
"Ya?"
"Baiklah, Ayah anggap jawabannya adalah ya," kata Seongwoo. "Umji yya, belajar dengan sungguh-sungguh, ya? Nanti Ayah jemput lagi, Ayah janji akan datang tepat waktu."
"Terima kasih, Ayah."
"Sama-sama." Seongwoo berucap dengan senyum. "Pergilah, jangan lupa perkenalkan pada semua orang kalau kau adalah putrinya Nam Seongwoo."
Umji tertawa kecil menanggapinya, hal itu membuat Seongwoo merasa sangat senang. Akhirnya, Umji bisa lebih akrab dengan dirinya juga. Ada sisi baik dari seorang Nam Seongwoo rupanya.
"Sampai jumpa~"
"Hati-hati di jalan, Ayah."
Seongwoo menekan klakson, ia melajukan mobilnya meninggalkan Umji yang sudah sampai di tempat tujuan. Sungguh, Umji tidak pernah merasakan kasih sayang setulus ini dari seorang ayah. Ternyata Ibunya tidak salah menemukan pasangan barunya, Nam Seongwoo bisa diandalkan.
Umji berbalik, ia memandangi gedung sekolah yang begitu megah. Sekolah ini merupakan sekolah impiannya, dia tidak pernah menyangka jika hidupnya akan berubah seperti sekarang ini. Tidak melihat ibu menangis lagi, tidak melihat ibu pulang kelelahan, dan tidak melihat ibu disiksa oleh ayah.
"Ibu menemukan orang yang tepat, terima kasih Tuhan."
— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Ibunya meninggal satu jam setelah melahirkannya."
Fakta baru terungkap setelah Lee Jennie angkat suara. Meskipun berat baginya mengungkap kenyataan pahit itu, tapi melihat ketulusan pada Shin Sowon membuatnya mau tidak mau terbuka mengenai kematian ibu kandung Sinb—Jung Jisoo.
"Kau tahu?" tanya Jennie. "Jisoo eonnie sangat menantikan kelahiran putri pertamanya, dia sangat manja ketika mengandung, dia sangat menjaga kandungannya. Tapi ... ketika waktunya tiba, kandungannya menjadi lemah."
Sowon terpaku membisu, miris mendengar kisah Jung Jisoo yang berjuang saat melahirkan Nam Sinb.
"Baiklah, sekarang tugasmu adalah berikan Sinb kasih sayang seorang ibu yang tak pernah dia rasakan," kata Jennie. "Bisa, kan?"
"Bisa bawa aku ke makam Mendiang Jisoo?"
"Bibi Jennie!!!"
Seruan itu berasal dari Sinb, Sowon dan Jennie menoleh ke arah gadis Nam yang datang dengan langkah terburu-buru. Jennie menatapnya tajam, kedatangannya dengan napas tak beraturan tentu menjadi sebuah alasan mengapa amarah dalam diri Jennie timbul begitu saja.
"Tidak apa-apa?" tanya Sowon.
Sinb mendelik. "Aku tidak mau bicara denganmu!"
"Ada apa?" Jennie beranjak dari kursi. "Kau dikejar setan? Atau kau dikejar penagih hutang? Atur pernapasan mu terlebih dahulu."