- RANGKAIAN BAHAGIA -
Sowon tidak tahu perasaan apa saat ini, yang dia tahu dia tidak akan pernah mencintai Nam Seongwoo. Dia sudah berjanji pada dirinya sendiri jika pernikahan itu dilaksanakan semata-mata untuk memenuhi kebutuhan Umji. Namun, begitu mendengar Pria Nam menyebut nama Mendiang Istrinya, ada sedikit rasa tidak enak di hati.
"Tidak, kan?"
"Aku mulai berani kepadanya akhir-akhir ini."
"Apakah aku mencintainya?"
Sowon sampai lupa bagaimana caranya untuk tidur, hingga ia berakhir di ruang televisi menonton film secara acak. Setelah seharian beraktivitas, Sowon tak merasa lelah sedikit pun.
Sebelah tangan Sowon terangkat, mengusap bagian dada dan mulai membayangkan tentang hari di mana dirinya harus berkorban. Namun, apakah semudah itu mendonorkan jantung?
Sowon terperanjat kaget, sebab Pria Nam datang dengan sebotol minuman yang ia taruh cukup kasar di atas meja. Buru-buru Sowon beranjak, ia mengambil botol minuman keras tersebut dan menatap Pria Nam dengan tidak habis pikir. Bagaimana jika anak-anak keluar, dan melihat orang tua mereka mabuk?
"Kau tampak stres," kata Seongwoo. "Minuman ini bisa membantumu."
"Sialan, aku bukan wanita pecinta alkohol," balas Sowon. "Aku sudah berjanji pada diriku untuk tidak minum."
"Tapi ini bisa melupakan sebagian ingatan berat dalam pikiranmu."
"Kau saja yang minum, aku mau tidur."
Sebelum Sowon benar-benar melangkah jauh, Seongwoo bergerak cepat mencekal lengan Wanita Shin. Sowon dibuat meringis oleh cengkraman Pria Nam di lengannya, begitu menoleh ia melihat sorot mata sayu Nam Seongwoo. Apakah dia sudah minum?
"Ayolah, minum sedikit saja, aku suka aromanya."
"Lepaskan."
"Jisoo yya, kau sangat menyukai minuman ini," ucap Seongwoo memelas. "Tapi mengapa?"
"Aku bukan Jisoo."
"Jisoo yya!"
Seongwoo menarik lengan Sowon, mendekap tubuh Sowon erat hingga Wanita Shin tak bisa lepas barang sedikit pun dari pelukannya.
"Jisoo yya, aku merindukanmu, aku sangat merindukanmu." Seongwoo berucap sembari mengecup pucuk kepalanya. "Kau tahu? Sinb kita merindukanmu juga, Sinb kita tumbuh dengan baik, Sinb kita menjadi anak yang sangat pintar."
"Lepaskan, aku bukan-"
Seongwoo membuat gerakan cepat melepas pelukan, kemudian ia mendaratkan jari telunjuknya di bibir ranum Sowon. Pandangan Pria Nam benar-benar sayu sekarang, ia memangku tubuh jangkung Sowon dengan harmonis, dan sialnya Sowon malah terpaku oleh perlakuan manisnya hingga ia tak sadar telah dibawa ke kamar.
"Aku merindukanmu, sangat merindukanmu, Jisoo yya."
"Kau masih mencintainya?" tanya Sowon.
"Selalu mencintainya."
Sowon memejamkan matanya, ia sudah berusaha berontak untuk melepaskan diri, tetapi tenaganya kalah dengan Pria Nam.
- RANGKAIAN BAHAGIA -
"Jika kau masih belum sembuh, kau bisa izin dulu dari sekolah."
Sinb hanya menatap Sowon sekilas, kemudian ia memutuskan untuk duduk di kursi meja makan tepat di hadapan Umji. Gadis Nam mengabaikan perhatian Sowon, ia benar-benar terlalu gengsi untuk mengatakan kalau dia butuh perhatian seperti itu.