— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Ayah!"
Sinb berlari menghampiri Sang ayah yang sedang duduk santai membaca koran. Pria itu dibuat terperanjat saat putrinya tiba-tiba saja datang dan duduk di sebelahnya.
"Ada apa?" tanya Seongwoo. "Bagaimana di sana?"
Sinb menarik napas dalam-dalam, kemudian ia hembuskan. Tak beberapa lama Sowon datang, ia menatap heran pada Sinb yang langsung saja duduk di samping pria Nam. Entah apa yang akan dia katakan padanya, semoga saja tidak membuat omong kosong yang berakhir Sowon kena getahnya.
"Ayah, aku tidak mau adik."
Langkah Sowon terhenti, kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman yang lebar. Benarkah? Ingin rasanya dia tertawa sekarang, apalagi melihat raut wajah Seongwoo yang tampak terkejut menerima perkataan putrinya.
"Ayah tahu? Bayi itu sangat berisik, bayi bisa merusak gendang telinga kita, dan kita tidak bisa tidur nyenyak," celoteh Sinb. "Jadi Ayah, jangan hadirkan adik untukku, ya?"
Seongwoo berkedip pelan, ia menelan ludahnya dengan susah payah dan perlahan menoleh ke belakang. Shin Sowon berdiri di sana, dengan senyum lebar serta tak lupa kedipan mautnya yang membuat sekujur tubuh Seongwoo merinding. Dia terlihat ahli dalam menggoda.
"Aku!" Sinb menoleh ke arah Sowon dengan sorotnya yang sinis. "Tidak mau punya adik!"
Sowon mengerucutkan bibirnya berlagak sedih, dia melangkah mendekat lalu memeluk leher pria Nam dari belakang. Sungguh, Seongwoo dibuat gemetaran menerima tindakan tak terduga dari Shin Sowon, ia juga dapat merasakan napas Sowon menerpa tengkuknya. Gila, kalau tidak ada Sinb sudah dia dorong Sowon dari dekatnya.
"Sayang," panggil Sowon. "Putrimu butuh bukti kalau kita saling mencintai."
"Ya?"
Sowon tertawa kecil dibuatnya, kemudian ia mendaratkan dua kali kecupan di pipi Seongwoo yang mudah tergapai. Di kecupan ketiga, Seongwoo reflek menoleh yang membuat bibir mereka bertemu.
"Yak!" pekik keduanya panik, tapi kemudian mereka kembali berpelukan.
"Mataku~" lirih Sinb. "Mataku tidak suci lagi~"
"Kau butuh bukti apalagi, hm?" tanya Sowon menantang. "Sayang, katakan kalau kau mencintaiku."
Seongwoo tersenyum kikuk. "Aku mencintaimu, sangat mencintaimu."
Sinb menelan ludahnya dengan susah payah, kemudian ia beranjak menjauh dari dekat Sang ayah yang tengah dipeluk posesif oleh Wanita Shin. Kalau Sinb boleh jujur, dia merinding dengan kedekatan di antara mereka berdua.
"Ayah," panggil Sinb ragu.
"Ya?"
Bruk!
"Sinb yya!"
Entah punya masalah apa gadis satu ini, dia benar-benar jatuh pingsan hanya karena melihat secara langsung bukti cinta pasangan baru tersebut. Sungguh, Sinb tak pernah melihat adegan yang nyata seperti barusan, dia hanya melihatnya di film-film.
"Bangunlah."
"Sadarlah~"
Sinb berkedip perlahan, ia menelan ludahnya dengan susah payah dan samar-samar melihat sepasang insan tengah memperhatikannya. Dapat Sinb rasakan tepukan di pipi, dapat Sinb dengarkan pula suara kepanikan dari mereka.
"Aku mau pingsan saja," keluh Sinb.
"Tidak!!!"
Seongwoo membantu Sinb untuk beranjak duduk, ia mengusap-usap punggung Sinb berharap bisa mengembalikan kesadarannya. Sowon bergegas ke dapur, mengambil segelas air yang pastinya dibutuhkan oleh Sinb.