"Tidak Mau Apa-Apa,"

193 39 25
                                    

— RANGKAIAN BAHAGIA —

Pasar malam begitu ramai. Semakin malam, para pengunjung semakin memenuhi lapangan tersebut. Beberapa wahana juga sudah ditempati, padahal malam ini bukan akhir pekan, tetapi beberapa orang berdatangan, bahkan ada sebagian yang masih pakai baju seragam. Sepertinya baru pulang sekolah.

Sinb di sana.

Dia tidak mungkin hanya duduk di ranjangnya seorang diri. Penolakannya berakhir sia-sia, sebab kini dia sudah berada di pasar malam bersama dengan Sowon dan Umji. Mereka berdua berdiri di kedua sisi Sinb, menjadikan Sinb di tengah karena takut kabur atau ketinggalan.

"Mau naik apa?" tanya Sowon.

"Tidak mau apa-apa," jawab Sinb.

"Ayolah!" sahut Umji. "Kita ke sini bukan untuk melihat orang lain naik wahana, kita harus naik juga."

"Aku bilang tidak mau."

"Apa kau takut?" tanya Sowon.

"Baiklah!" pekik Sinb kesal. "Ayo, mau naik apa? Akan aku buktikan kalau aku jauh lebih berani daripada kalian."

"Ayo!!!"

"Pertama, mari kita pergi ke rumah hantu!"

Mata Sinb melotot, dia reflek mencekal lengan Sowon menahan. Saran yang diucapkan oleh Sowon tentu menjadi saran terburuk bagi Sinb. Rumah hantu katanya, Sinb lebih baik lompat dari ketinggian dibanding bertemu dengan hantu-hantu. Menyeramkan.

"Takut?" tanya Umji.

"Lakukan itu terakhir," jawab Sinb, meski dalam hatinya dia meronta ingin menolak satu wahana itu.

"Ya sudah, ayo naik yang mudah dulu!" ajak Sowon.

Wahana pertama adalah komedi putar, Sowon tidak ikut naik sebab ia kebagian untuk mengabadikan momen anak-anak. Dengan ponselnya, Sowon memotret mereka berdua secara bergantian, bahkan Sowon berhasil mendapatkan satu foto Sinb yang sedang berpose sambil tersenyum. Jarang-jarang Sinb begitu padanya, iyakan?

Selesai dengan komedi putar, Sinb menantang mereka untuk naik kora-kora. Wahana tersebut dilewati dengan jeritan yang tidak bisa ditahan lagi, bahkan parahnya Umji sampai muntah setelah turun dari wahana tersebut.

Beralih ke permainan memecahkan balon, ketiganya berlomba. Barang siapa yang memecahkan balon paling banyak, maka dialah yang bebas menentukan akan naik wahana apa selanjutnya. Saat itulah, tawa Sinb bisa lepas ketika bersama dengan mereka, Gadis Nam akhirnya berbaur.

Pemenangnya Sowon, melihat jam berapa saat ini, membuat Sowon segera memutuskan untuk masuk saja ke rumah hantu. Padahal Sinb sengaja mengulur waktu agar tidak masuk ke wahana menyeramkan itu, nahasnya dia harus pergi ke sana juga.

"Kau lelah?" tanya Sowon.

"Ya," jawab Sinb.

Sowon melihat ke arah Umji terlebih dahulu, dia juga melihat raut wajah lelah Umji. Maka Sowon menahan keduanya, mengurungkan niat masuk ke wahana rumah hantu.

"Bagaimana?" tanya Sowon.

"Lanjut saja, Bu," jawab Umji.

"Sinb?"

Sinb menelan ludahnya dengan susah payah, ada kesempatan bagi dirinya untuk menghindari wahana tersebut. Otaknya mulai bekerja sekarang, memikirkan alasan yang tepat agar wahana rumah hantu itu dilewati saja. Lebih baik pulang daripada masuk ke sana.

"Aku lelah," keluh Sinb.

"Baiklah, kita tunda terlebih dahulu," kata Sowon. "Sabtu malam nanti, kita langsung ke rumah hantu ini, ya?"

Rangkaian BahagiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang