— RANGKAIAN BAHAGIA —
"Biarkan aku bertemu dengan Putriku."
Sepasang mata Sowon memanas, ia berkedip dengan perlahan dan bibirnya tampak gemetar. Surai hitamnya digenggam kuat oleh pria Choi yang berdiri di hadapannya, membuat wajahnya kontan menengadah ke arahnya. Hanya dalam hitungan detik saja air mata Sowon meluruh.
Jika Sowon tidak datang tepat waktu, mungkin Umji sudah dibawa pulang oleh ayahnya. Kini, Sowon diseret ke halaman belakang sekolah, tempat paling tidak terurus.
"Dia mempersulit segalanya, aku butuh tanda tangannya untuk mengambil seluruh harta orang tuaku," ucap Jongin pelan tapi terdengar sangat menekan. "Cepat, bawa Putrimu ke sini, suruh dia tanda tangan dan aku akan berhenti mengusik kehidupanmu."
Kedua sudut bibir Sowon reflek terangkat, ia tersenyum mengetahui fakta bahwa sebagian besar harta milik keluarga Choi akan jatuh kepada Umji. Seharusnya dia sadar kalau keluarga Choi yang menginginkan kehadirannya, maka secara otomatis harta mereka akan diberikan pada cucu pertama sekaligus cucu satu-satunya—Choi Umji.
"Ah, begitu rupanya."
"Cepat!"
Sowon meringis kesakitan saat Jongin makin kuat menarik rambutnya, bahkan mungkin sebagian dari rambutnya ada yang rontok.
Kedua tangan Sowon dengan berani terangkat, meraba dada bidang Choi Jongin dan berakhir membelai wajah tegas miliknya. Sowon tersenyum dan menangis seperti orang tidak waras, kemudian Jongin melepaskan tangannya dari rambut panjang tersebut.
PLAK!
Lepasnya tangan dari surai hitam panjang Shin Sowon, kini beralih menampar pipi Si Wanita. Sowon berpaling dengan perih di pipi, hingga tanpa sadar darah mengalir dari sudut bibirnya. Sebegitu kerasnya Choi Jongin menampar Sowon barusan.
"Dasar wanita sialan!"
"Dasar wanita tidak tahu diri!"
"Dasar wanita gila!"
Jongin terus mengumpat, kemudian ia mencengkram lengan Sowon dan membanting tubuh jangkung itu ke tembok. Tidak cukup dengan membantingnya, Jongin langsung mendaratkan beberapa kali tendangan di tubuhnya, hingga terdengar beberapa rintihan kesakitan dari ibu satu anak tersebut. Sowon disiksa, di tempat ini tidak ada siapa-siapa selain dirinya dan Si pria brengsek Choi.
"Aku harus membuatmu lumpuh dulu, baru aku akan—"
"IBU!"
Suara itu terdengar begitu nyaring, Jongin menoleh dengan terkejut saat tahu siapa yang datang ke tempat saat ini. Bukan Choi Umji, melainkan gadis asing yang tak ia harapkan kehadirannya. Jongin melirik Sowon sekilas, sebelum pada akhirnya ia berlari kabur menghindari ketahuan.
"Ibu!"
"Ibu, bangunlah!"
"Ibu, kenapa kau berada di sini?"
"Ibu, buka matamu!"
Sinb. Lihatlah betapa paniknya Nam Sinb saat ini, dia menepuk-nepuk pipi memerah Shin Sowon berharap bisa menyadarkannya. Namun, tampaknya Sowon menerima banyak hujaman yang keras, menyebabkan kesadarannya hilang.
"Bangunlah."
"Kau bilang kau ingin mendonorkan jantungmu padaku, bangunlah."
"Bangun kau wanita lemah!"
Sepasang mata itu berkedip, ketegangan dalam diri Sinb mulai hilang. Sowon masih berusaha untuk menyesuaikan pandangannya, baru setelah semuanya jelas ia melihat kehadiran Gadis Nam dengan mata merahnya.