- RANGKAIAN BAHAGIA -
"A-yah."
"Ayah!!!"
"Ayahnya Sinb!!!"
"Ayahnya Sinb pulang!!!"
"Ayahnya Sinb pulang, asyik!!!"
Suara nyaring yang khas dari Sinb kecil terngiang di benak pikiran Seongwoo, kini ia terduduk lesu dengan harapan penuh. Apakah putrinya masih diberi kesempatan untuk memanggilnya dengan sebutan ayah?
Seongwoo tidak duduk sendirian, di sampingnya ada Shin Sowon yang mati-matian menahan mual karena melihat wajah Pria Nam. Sowon juga tidak tahu mengapa hanya dengan melihat wajahnya saja, dia sampai mual dan parahnya pernah sampai muntah.
"Seandainya Dokter mengatakan Sinb membutuhkan donor jantung segera, maka lakukanlah," ucap Sowon.
"Dan membunuh janin tidak berdosa itu?" tanya Seongwoo. "Putriku akan baik-baik saja, dia pernah seperti ini dan mampu melewatinya."
"Sebenarnya ada apa denganmu?"
"Aku diberhentikan."
"Apa?"
"Aku dipecat."
"Apa maksudmu?" tanya Sowon tidak habis pikir, betapa dia terkejut menerima kenyataan tersebut. "Kau bercanda?"
Seongwoo menggelengkan kepalanya, ia tertunduk sembari menggigit bibir bawahnya melampiaskan rasa khawatir atas kondisi putrinya. Belum lama ini, ia dikejutkan oleh kehamilan Shin Sowon, dan sekarang dia malah dikejutkan oleh kondisi putri satu-satunya yang drop.
"Bertahanlah sampai bayi itu lahir," ucap Seongwoo. "Akan aku usahakan untuk memenuhi kebutuhan kalian."
"Tapi, kenapa kau bisa diberhentikan?" tanya Sowon. "Ayolah, tidakkah ini berlebihan? Jangan bercanda, aku sudah cukup mual berada di dekatmu sekarang."
Seongwoo tersenyum kecut. "Kau menyesal telah menikah denganku?"
Sowon bergeming.
"Jangan khawatir, aku sudah mempersiapkan biaya yang dijanjikan untuk pendidikan Umji," tutur Seongwoo. "Fokuslah pada janin di perutmu."
Pintu ruangan terbuka, agaknya Seongwoo tidak begitu tertarik untuk menghadap ke arah dr. Jennie. Alhasil, Sowon yang beranjak, ia menghadap pada Jennie dengan segenggam harapan dalam dirinya.
"Bagaimana?"
"Kalian datang tepat waktu," ucap Jennie. "Semuanya kembali stabil sekarang, jangan khawatir."
"Syukurlah~"
Jennie menaikan sebelah alisnya, ia sedikit tertarik pada tubuh Sowon yang kelihatan berbeda dari sebelumnya.
"Kalian tidak diam-diam tidur bersama, kan?" tanya Jennie. "Maksudku, kalian saling jatuh cinta, ya?"
Sowon menoleh ke arah Seongwoo yang masih duduk, tak lama ia memutuskan untuk masuk ke ruang pemeriksaan Sinb. Jennie mendekat ke arah Seongwoo, ia melipat kedua tangan di bawah dada sambil memperhatikannya.
"Apa-apaan ini?" tanya Jennie. "Dia sedang mengandung?"
Seongwoo beranjak berdiri, ketika hendak pergi tiba-tiba saja Jennie mencekal lengannya. Pria Nam menepis kasar, dan Jennie kembali menggapainya tak mau kalah.
"Lepaskan."
"Ada apa denganmu, Oppa?" tanya Jennie. "Tidakkah kau pernah bilang jika kau tidak akan mencintainya?"