- 3 -

368 34 9
                                    

Mendekati jam check out hotel, Sherina tengah menyisir rambutnya di depan meja rias, sedangkan ibunya merapihkan bawaan mereka. Bersiap kembali pulang ke ibukota.

"Yakin Sher, gak mau mampir ke bosscha dulu?" Pertanyaan yang sudah berkali-kali ayahnya tanyakan.

"Yakin Ayah.. kita kemana aja gitu, terserah." Mata Sherina nampak bengkak bekas menangis semalam.

"Ya sudah kalau gitu, ke museum Geologi aja gimana?" kata ayahnya lagi.

"Boleh Yah, aku ikut aja."

"Beneran gak nyesel ya Neng?" kali ini ibunya yang bertanya.

"Iyaaa buuu.. aku kesana nunggu Sadam yang ajak aja deh, itu juga kalau dia ada ngehubungi lagi.." ibunya mengangguk-angguk.

"Laki-laki kalau menjauh itu biasanya dia lagi memantaskan diri. Sabar saja, nanti ketemu sudah dengan versi terbaik masing-masing.." pak Darmawan menepuk-nepuk pundak Sherina. "Senyum dong Sher, weekend sama Ayah Ibu kok malah murung gini.." sambungnya.

Sherina tersenyum tipis, anak perempuan yang pantang menangis ini ternyata jika sudah urusan perasaan bisa jadi serapuh itu. Pikirannya masih terus menerawang, perasaannya berantakan. 

Masuk ke museum Geologi, Ayah ibunya nampak antusias melihat fosil-fosil yang ada disana, beberapa kali berkata "Waahh lihat itu Sher" menganggap Sherina masihlah putri kecil mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Masuk ke museum Geologi, Ayah ibunya nampak antusias melihat fosil-fosil yang ada disana, beberapa kali berkata "Waahh lihat itu Sher" menganggap Sherina masihlah putri kecil mereka. Sherina beberapa kali tersenyum sambil menggelengkan kepala, pasalnya kebanyakan yang berkunjung kesana jika bukan mahasiswa, ya orang tua yang membawa anak-anaknya yang masih usia Sekolah Dasar.

"Sher, kayaknya akan keren sekali jika suatu hari kamu dapet liputan penemuan fosil atau benda bersejarah apaaa gitu ya?!" Ujar ayahnya saat mereka sudah berada didalam mobil untuk kembali menuju ke Jakarta.

"Apaaaa-nya itu apa Yah?" Sherina yang kali ini duduk didepan, disamping Ayahnya terkekeh.

"Ya apa aja, bisa fosil dari jaman baheula, jaman purba gitu. Atau candi. Tiba-tiba di Yogya ketemu candi baru kan siapa tahu, ya kan Bu?" Ibu Darmawan hanya mengangguk-angguk sambil tersenyum.

"Lebih keren lagi gak sih Yah kalau tiba-tiba aku mengungkap kasus korupsi di Indonesia, kayak membongkar sebenarnya dibalik kasus korupsi itu seperti apa, kali aja kan ternyata selama ini ada sindikat koruptor gitu. Terus aku obrak-abrik sampai ke akar, sampai kasusnya benar-benar tuntas terus rakyat Indonesia berakhir hidup dengan keadilan yang seadil-adilnya. Gak akan ada lagi kan kayaknya tuh pengamen-pengamen di lampu merah, pengemis yang gak tahu mau tidur dimana." Sherina menggebu-gebu setelah memberikan sedikit rejeki pada pengamen di lampu merah sebelum akhirnya masuk ke area jalan tol.

"Wah, resiko tinggi sih itu kasusnya.." ujar Ibu.

"Tapi keren kan? Support dong kalau seandainya aku dapet liputan yang begitu?" 

"Ayah sih selagi kamu terjamin keamanan dan keselamatannya ya support aja Sher dan akan selalu bangga atas apa yang kamu lakukan, selagi itu bikin kamu bahagia." Jawab ayahnya, sepelah tangannya mengusap pipi putri kesayangannya.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang