- 28 -

453 32 94
                                    

"Tunggu-tunggu.." Sherina tiba-tiba menahan tubuh Sadam yang kini mengungkung badannya. Membuat Sadam seketika menghentikan pergerakan jemarinya saat baru saja meraih kancing piyama Sherina, mengurungkan niat untuk membuka pakaian berbahan satin itu.

Sadam yang jelas sudah merasa melayang itu tiba-tiba merasa di jatuhkan. "Kenapa?" tanyanya menatap Sherina heran.

"Aku.. mmm..." Sherina berpikir mencari-cari alasan. "Capek... boleh tunda dulu gak Yang?" Sherina berujar tak enak, tapi ia benar-benar tidak siap saat ini.

Menghela nafas, "Hhh.. aku lupa kalau kamu capek neng.. masih sakit kepala ya??" Sadam menatap khawatir.

"Enggak sih.. capek aja.. Iya, capek.." jelas Sherina.

Sedikit merasa kesal dengan kelakuan Sherina saat ini, Sadam kemudian menjatuhkan tubuhnya ke sisi lain tempat tidur, menenggelamkan wajah pada bantal. Sebelum akhirnya beranjak, "Ya udahlah.. Istirahat neng.. aku mau mandi!" melangkah ke arah kamar mandi tanpa mau menoleh ke arah Sherina membuat gadis itu sedikit merasa bersalah.

Sherina terduduk di tempatnya, "Yang.. jangan marah.." ujarnya saat melihat Sadam yang sudah topless itu masuk ke dalam kamar mandi.

Lima belas menit berlalu. "Yaaangg.." Sherina mengetuk pintu kamar mandi berulang kali saat Sadam tak juga keluar dari sana. "Marah ya??" tak ada jawaban apapun sampai akhirnya Sadam membuka pintu.

"Aku mandi, bukan marah.." ujar Sadam yang masih merasa sedikit kesal. Melangkah melewati Sherina begitu saja kemudian duduk di depan meja rias, menggosok rambut basahnya dengan handuk kecil di tangannya.

"Maaf.. tapi aku beneran belum siap sekarang.." cicit Sherina pelan, berusaha mengambil alih handuk dari tangan Sadam berniat membantunya mengeringkan rambut. "Yang, jangan maraaah.."

"Iyaaaa Sher... Aku gak marah.." Sadam tersenyum di paksakan. "Udah sini handuknya, biar aku aja.. kamu capek kan? Mau istirahat.." Sadam merebut lagi handuk kecil dari tangan istrinya.

"Gak gitu Dam.."

"Gak gitu gimana? tadi kamu bilang gitu kok.." Sadam kemudian beranjak, menjatuhkan tubuhnya di atas ranjang yang sudah sedikit berantakan itu setelah dirasa rambutnya sudah cukup kering. "Tidur neng.." titahnya.

Sherina kemudian merebahkan tubuhnya di samping Sadam yang memunggunginya. Inikah pertengkaran pertama mereka setelah sah sebagai suami istri? pikir Sherina. Belum juga dua puluh empat jam.

"Neng, kalau belum siap, jauh-jauh dulu ya..?!" Sadam dengan lembut menjauhkan tangan Sherina yang melingkari perutnya, memeluk Sadam dari belakang.

"Ya Tuhan.. Sensi banget kamu tuh perkara aku belum siap doang Dam!" Kali ini Sherina mengubah posisinya memunggungi Sadam.

"Doang dia bilang.. buat aku itu berat neng! Kamu gak rasain sih!"

"Ya maaf Yang.." sahut Sherina namun Sadam tak lagi menjawab ucapannya. "Aku pindah ke kamar ayah ibu kalau gitu ya?!" Sherina baru saja akan beranjak namun tangannya sudah dengan cepat ditarik Sadam agar kembali merebahkan dirinya.

***

Sherina mengernyitkan alisnya saat merasa silau karena cahaya matahari dari luar jendela itu menembus tirai putih di kamarnya. Perlahan ia membuka mata dan menyadari berat di bahu kanannya. Sadam tertidur di sana. Sherina kemudian tersenyum, entah bagaimana mereka memulai semalam, hingga pada akhirnya ketakutan Sherina sirna, mempercayakan seluruhnya pada Sadam.

Jemari lentiknya menyisir rambut Sadam yang nampak sedikit berantakan. "Yang, udah siang loh.." ucapan Sherina ini malah membuat lelaki itu menambah berat beban di sebelah tubuh Sherina.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang