- 11 -

489 39 23
                                    

Malam terakhir Sherina berada di lingkungan tempat Sadam menghabiskan harinya, tentu tidak di sia-siakan nya. Jika malam-malam sebelumnya Sherina akan segera tertidur karena lelah setelah seharian beraktifitas, di malam ini ia ingin sedikit habiskan waktu di sana. Entah ide dari mana, sore tadi setelah bangun dari tidur siangnya Sherina tiba-tiba mengajak Sadam untuk pergi ke bangunan yang menjadi kantor tempat Sadam bekerja sekedar menikmati secangkir kopi sambil mencari tahu lebih banyak tentang pekerjaan Sadam sekarang. Dan saat ini Sherina nampak menikmati sisa waktunya di Kalimantan, berjalan mengitari tempat yang satu minggu ini menjadi rumah untuk ia pulang. Setiap sudut tidak ada yang lolos dari bidikan kamera ponselnya.

"Gelap Sher, apa yang kamu foto sih?" tanya Sadam saat melihat Sherina mengarahkan kameranya ke arah langit malam ini, sedari tadi ia mengikuti Sherina dari belakang.

Sherina hanya menanggapi dengan bergumam lalu melanjutkan langkah kakinya kemudian berhenti tepat satu meter dari kandang orang utan, ia tak mau mengganggu anak-anak orang utan disana dengan kehadirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sherina hanya menanggapi dengan bergumam lalu melanjutkan langkah kakinya kemudian berhenti tepat satu meter dari kandang orang utan, ia tak mau mengganggu anak-anak orang utan disana dengan kehadirannya. Kembali memotret disana dengan night mode di kamera ponselnya. Sherina berbalik dan Sadam tepat berdiri di depannya.

"Udah puas kelilingnya?" tanya Sadam, menunduk menatap Sherina yang tingginya hanya sebatas dagunya, yang di tatap mengangguk. "Balik yuk ke kantor, gelap disini neng, kamu gak takut apa?" sambung Sadam masih dengan menatap Sherina yang tersenyum di sana, "Ay-" ucapan Sadam menggantung saat Sherina tiba-tiba saja memeluknya, tangan Sadam kemudian terulur mengelus kepala yang terkasih, balas memeluknya.

"Kegelapan cukup banyak membuat orang mungkin merasakan ketakutan, namun di balik kegelapan terkadang kita bisa melihat satu titik cahaya bahkan beribu cahaya. Kalau dikaitkan dengan kehidupan yang kita alami, sama seperti kita mempercayai jika setiap masalah atau persoalan pasti memiliki jalan keluar dan solusi.." ujar Sherina, mendongak menatap Sadam.

"Meski terkadang terasa pahit dan cukup menakutkan dengan suasananya yang gelap, namun kegelapan juga mengajarkan tentang suatu hal yang bermakna. Begitu juga dengan cahaya terang, di dalamnya punya pesan bermakna yang bisa diambil pelajaran berharganya." sambung Sherina, Sadam masih mendengarkan dengan seksama. "Baik kegelapan ataupun cahaya terang keduanya dapat saling melengkapi, jadi kalau aku adalah gelap aku mohon kamu jangan pernah lelah jadi cahaya terangnya ya Dam.." mata berbinarnya kali ini berubah berkaca-kaca.

"Kita menjadi gelap dan terang untuk satu sama lain ya neng.." Sadam mengecup kening Sherina sebelum Sherina menganggukan kepalanya.

"Udah dong jangan nangis.." Sadam mengusap punggung Sherina.

"Ini bagian yang aku gak suka dari hubungan kita Dam, karena yang berat dari pertemuan adalah menyadari akan ada perpisahan di bagian akhirnya.."

"Gak bagian akhir dong Sher, kok gitu ngomongnya? Setelah ini kan akan ada pertemuan dan perpisahan selanjutnya.."

"Sampai kapan?" tanya Sherina.

"Sampai bosan.." jawaban bercanda dari Sadam di hadiahi pukulan gemas di dadanya. "Bosan itu wajar neng, manusiawi.. tapi jadilah bosan yang terus bertahan, bukan bosan yang langsung udahan.." Sadam kali ini melepas pelukannya, menangkup wajah Sherina, mengusapkan kedua ibu jari nya di pipi Sherina yang basah.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang