- 16 -

401 40 66
                                    

"Sabtu ini kamu bisa libur gak neng?" tanya Sadam saat mereka duduk setengah berbaring di ruang tengah apartemen Sherina, mengusap-usap lengan gadis yang bersandar nyaman di dadanya. "Bosscha yuk?! Mau gak?" yang bersandar nyaman, menegakkan badannya, matanya berbinar penuh antusias. Jika boleh jujur, Sherina tentu sudah ingin menagih janji Sadam yang satu ini, hanya saja ada perasaan tak enak, takut mengganggu kesibukan Sadam di Bogor.

"Kamu gak sibuk emangnya?"

"Bisa di atur, sayangkuuuu.." Sadam menarik kembali Sherina untuk bersandar di dadanya.

"Jangan-jangan bener ya kata Aryo, kamu kesini bukan bener-bener buat kerja?" Sherina menyamankan posisinya.

Sadam menghirup wangi dari rambut yang terkasih, "Ya sambil menyelam minum air lah.." masih asik berkali-kali menghirup wangi Sherina. "Jadi mau nggak?" Sadam kembali memastikan.

"MAU LAH!" gerakan tiba-tiba selanjutnya membuat Sadam mengaduh kencang karena ujung hidungnya terbentur kepala Sherina. "Astagaaaaa.. aku gak sengajaaaaaa" teriak Sherina panik saat Sadam memegangi setengah bagian wajahnya. "Lagian hobi banget nyiumin ubun-ubun orang! Coba liat.. gak mimisan kan?" Sherina mejauhkan tangan Sadam dari wajahnya. Nampak ujung hidungnya hanya memerah.

"Lain kali kalau mau bangun tuh kasih aba-aba neng.." Sadam kembali mengusap-usap ujung hidungnya.

"Iya, maaf.. coba liat sini!" Sherina menangkup wajah Sadam dengan kedua tangan nya. Cup, sebuah kecupan singkat didaratkannya di ujung hidung Sadam. "Biar cepat hilang sakitnya!" ujarnya membuat Sadam tidak bisa jika tak membekap Sherina kencang-kencang dalam pelukannya karena gemas. Persis seperti saat mereka kecil dulu.

"Bisa-bisanya ya! Belajar dari siapa begitu, hmmm?"

"Dari kamu lah! Hahahaha ampuuuunnn! Ini kamu mau bunuh aku apa gimana sih? Engaaap ih!" Sherina tertawa di tengah berontaknya. "Tapi gak apa-apa juga kan begitu? Sama tunangan sendiri ini.." sambung Sherina saat Sadam sudah kembali memeluknya dengan nyaman.

"Asal jangan sama cowok-cowok keren di kantor aja ya neng, tadi mereka ngeliatin nya begitu banget deh.."

"Merhatiin aja lagi, tapi bisa jadi mereka ngeliatin kamu Yang." Sherina mendongak menatap wajah tampan itu dari posisinya. "KARENA ASING YA! BUKAN YANG LAIN-LAIN.." kemudian keduanya terbahak-bahak.

"Jarang-jarang rasanya bisa tenang gini ya Neng? Biasanya ada aja yang di ributin.." Sadam kembali pada kebiasaannya, menghirup wangi rambut Sherina.

"Hm-mm.. Maaf ya, berkali-kali bikin kamu harus ngalah tiap kali kita harus adu argumen." Sherina menyamankan posisinya.

"Enggak gitu neng.. tidak ada yang menang dalam sebuah argumen. Semua berakhir antara kita yang sama-sama sepakat atau kita yang sama-sama kalah. Karena bukan aku versus kamu, tapi kita versus masalah. Bukan begitu?"

"Aku bingung sama pola pikir kamu yang berhasil bikin aku jatuh hati berkali-kali." kalimat Sherina ini membuat Sadam mengembangkan senyumnya semakin lebar. "Si paling bisa ngertiin aku yang rumit! Kalau jaman sekarang bilangnya si paling pawang!"

Sadam terkekeh pelan kemudian, "Ya kan aku pawangnya orang utan neng, kali aja kamu lupa.." ucapannya berhasil mendapat pukulan telak di dadanya membuat dia kembali mengaduh kesakitan.

"Kamu samain aku sama orang utan? Resek banget! Ngerusak momen mulu ah kamu nih!" Sherina beranjak dari tempatnya.

Sadam tertawa, terpingkal masih di atas karpet bulu tempat mereka. "Aku gak bilang gitu loohh neng! Heeeiii kamu mau kemanaaa?" Sadam membalik tubuhnya mengikuti arah Sherina berlalu.

"TIDUR! NGANTUK AH!" kemudian terdengar suara pintu di tutup dengan sedikit bantingan.

"Yeee,, marah lagi.." gerutu Sadam.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang