- 5 -

473 38 22
                                    

Sadam tengah menata beberapa roti panggang, bomboloni, dua gelas air putih dan juga dua gelas kopi di meja makan saat Sherina baru saja keluar dari kamar sambil mengucek matanya, gemas pikir Sadam.

"Aku gak telat bangun kan Dam? Kita jadi pergi jam berapa?" Sherina masih berdiri didepan pintu kamarnya sambil menatap jam dinding, baru setengah tujuh pagi.

"Aman.. sini sarapan dulu Sher!" Jawab Sadam. "Selamat pagi..." sapanya saat Sherina mendekat ke arahnya.

"Waaahh.. enak banget nih baru bangun udah di siapin sarapan. Beli dari seberang ya?" yang di maksud Sherina adalah Cafe yang menjadi tempat mereka bertemu semalam.

"Iya, tadi aku turun terus keluar niatnya cari ketoprak atau lontong sayur, tapi gak ada yang lewat. Eh inget juga semalem kita main pergi gitu aja, belum bayar. Liat cafe nya udah buka ya udah sekalian beli sarapan dan baru tahu juga kalau cafe nya duapuluh empat jam buka." Sadam menarik satu kursi lalu mempersilahkan Sherina untuk duduk disana.

"Astaga, iya-ya? Kita belum bayar!" Sherina menepuk dahinya.

"Kamu langganan disana ya? Kasirnya sampe tahu nama kamu tadi." Sherina mengangguk kemudian mengambil bomboloni dari piring.

"Disana gak ada donat gula, bomboloni gak apa-apa?" tanya Sadam lagi.

Sherina mengangguk sambil asik mengunyah donut asal Italia yang bentuknya bulat utuh tanpa lubang ditengahnya itu. "Sama aja kok.." ujarnya kemudian.

"Abis ini langsung siap-siap ya neng, soalnya aku perlu ke hotel dulu juga buat ganti baju." Sadam melirik outfitnya yang sama sekali tidak di ganti sejak malam tadi.

"Ada tshirt kamu Dam di aku, yang aku bawa dari Bandung kemarin." ujar Sherina

"Ya gak bisa dong neng, kantor OUKAL." Sadam mengingatkan jika mereka pergi bukan untuk jalan-jalan.

"Oke-oke.." tanpa perlu banyak mendebat kali ini Sherina akhirnya menyetujui. Menyesap kopinya kemudian beranjak dari duduknya "Aku mandi dulu.. kamu kalau mau mandi juga, bisa pake toilet yang disana." Sherina terkekeh karena mendapati ekspresi terkejut Sadam, kemudian berlari kecil masuk ke kamarnya. Sadam menggeleng setelahnya.

Kini mereka sudah berada dalam mobil, menuju ke Bogor. Sepanjang perjalanan sesekali mereka tertawa terbahak-bahak, bercerita tentang masa kecil mereka dulu. Mengingat bagaimana pertama kali mereka bertemu hingga bercerita tentang bagaimana akhirnya Sherina membongkar kasus penculikan Sadam saat itu.

"Kamu keren sih dari dulu." ujar Sadam, Sherina menggeleng.

"Kalau kamu gak arahin aku buat cari pangkalan tukang sayur juga aku gak tahu itu kita gimana. Aku aja gak tahu jalan pulang ke arah rumah kamu kan waktu itu, belum jamannya handphone pula.." jawab Sherina, mengingat bagaimana berusaha kerasnya ia untuk lari secepat mungkin waktu itu.

"Padahal dulu aku bengek ya Sher?!" kali ini tawa mereka kembali pecah.

"Ngomong-ngomong, tujuh tahun ini..kamu, ada?" tanya Sherina membuat Sadam menengok sekilas dengan wajah bingung.

"Ya ada, kalau gak ada mana bisa ketemu lagi kita?! Ah kamu nih.." Sadam geleng-geleng masih dengan senyuman terukir di wajahnya.

"Bukaaaan... maksudku, kamu ada cewek??" ada jeda dalam kalimat Sherina, ragu.

"Cewek? Mmm... gak tertarik aku.."

"HAH? Kok bisa?! Dam, kamu gak??" Sherina mengernyitkan wajahnya. 

"ASTAGAAAA Tuhaannn!!! Otak kamu nih!" Sadam kali ini melambatkan laju mobil karena sibuk tertawa geli setelah mengacak rambut Sherina gemas.

"Yeee.. kamu bilangnya gak tertarik!" Sherina marah dibuat-buat sambil merapihkan kembali rambutnya.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang