- 15 -

372 36 59
                                    

Sherina tampak memandangi cincin di jemarinya siang itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sherina tampak memandangi cincin di jemarinya siang itu. Kejadian hari kemarin membuatnya masih merasa ada di alam mimpi. Secepat inikah hubungannya dengan Sadam berprogres? Padahal dirinya sama sekali tidak memikirkan apa pun selain ingin menjalani dan memanfaatkan waktunya dengan Sadam sebaik-baiknya. Dalam pikirannya masih ada bayangan jika suatu hari nanti Sadam akan kembali pergi jauh darinya.

"Jari lo kenapa Sher?" Suara Aryo mengalihkan pandangan Sherina untuk menoleh ke sumber suara. "Widiiihh cincin baru?" Kali ini respons Sherina hanya tersenyum simpul.

"Gue, di lamar Sadam. Kemarin."

Kalimat singkat dari Sherina berhasil merubah raut Aryo yang selalu semringah itu menjadi berkali-kali lipat terlihat bahagia. "Wooaaahhh.." responsnya, di iringi dengan tawa bahagia. "Sat set juga ya? Gue yang pacaran tahun-tahun belum ke pikiran ngelamar nih.. gimana ceritanya? Lamaran resmi nih? Nyokapnya dia ke Jakarta? Jadi dia tuh bilang nugas di Bogor tukeran sama bunda Irene sementara tuh sebenarnya ini tujuannya?" Semua pertanyaan itu keluar dari mulut Aryo.

Sherina menggeleng. "Dadakan. Dan kayaknya gak akan di buat acara resminya deh. Tapi nyokapnya udah tahu sih, kita kasih tahu via video call kemarin.." Sherina menopang dagu dengan sebelah tangannya.

"Dadakan?"

"Iyaa.. gue aja gak tahu kapan Sadam siapin cincin ini. Kan lo tahu, kemarin dia mengilang lagi beberapa hari, susah di hubungi. Di cari ke bogor juga pas kebetulan gak ada di tempat terus orangnya."

Aryo mengangguk, tahu betul cerita tentang Sadam yang menghilang tempo hari. "Terus kapan dong?"

"Apaan?"

"Bikin weding dress lah, gue sih yakin Acha siap bantu lo bikinin yang paling cakep!" ujar Aryo masih berdiri di depan meja Sherina. Tampak raut wajah Sherina berubah sedikit murung. Kegundahan jelas ada di sana.

"Jujur sih, gue masih gak yakin Yo.."

Jawaban Sherina kali ini membuat Aryo menjatuhkan rahangnya. "Gak yakin gimana maksudnya? Kalau gak yakin ngapain lo terima?"

Sherina menggaruk keningnya yang sama sekali tak gatal. "Gue juga bingung jelasinnya. Gimana ya?" Aryo dapat dengan jelas menangkap ekspresi bingung dari temannya itu.

"Udah, udah.. gak usah di pikirin banget. Makan siang dulu kuy?!" Akhirnya Aryo kembali pada niat awalnya untuk mengajak Sherina makan siang.

***

Sepulang dari kantor, yang tak Sherina duga, Sadam sudah ada di lobi apartemennya, duduk di sana dengan santainya. "Hai!" suara Sadam membuat Sherina melengkungkan senyumnya kaku. Melihat ekspresi yang berbeda dari kekasihnya itu membuat Sadam mengerutkan dahinya. "Kenapa? Kok begitu mukanya?"

"Gitu gimana?" jawab Sherina "Ini, kamu ngapain di sini?"

"Sher, dua kali loh kamu tanya aku kayak gitu. Gak boleh ya memangnya datengin tunangan aku tiba-tiba?" kata tunangan yang sengaja di highlight Sadam membuat Sherina kemudian menggeleng, mendekati lift dan menunggu pintunya terbuka. Tentu saja Sadam kemudian sigap berdiri di samping perempuannya.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang