- 7 -

426 43 15
                                    

Menjalani hubungan long distance relationship, bagi Sherina tidak ada yang berubah setelah aksi menyatakan cinta last minute yang di lakukan Sadam satu bulan yang lalu. Yang berbeda hanya notifikasi di ponselnya jadi sering berbunyi, pagi-siang-sore-malam bertukar kabar dengan yang terkasih tidak pernah terlewat, komunikasi adalah kunci sebuah hubungan katanya. Seperti pagi ini, mereka melakukan video call pagi-pagi sembari Sherina bersiap ke kantor.

"Jadi kegiatan hari ini apa aja neng?" tanya Sadam yang nampak tengah menikmati kopi paginya.

"Kayaknya hari ini aku di kantor seharian sih, gak ada tugas liputan. Paling cek hasil editing liputan kemarin lusa Yang. Kamu hari ini mau ngapain aja?" tanya Sherina balik, sambil merias wajahnya.

"Ya seperti biasa, ngontrol orangutan kalau aku...."

"Pak Sadam, maaf mengganggu.. Hilda pak..!" suara seseorang menginterupsi kegiatan mengobrol Sadam dan Sherina tiba-tiba.

"Siapa Dam? Hilda?" tanya Sherina

"Sher, nanti aku kabarin lagi ya... bye sayang, love you!" ujar Sadam lalu mematikan sambungan video call nya.

Sherina mengernyit, mendengar nama Hilda membuat dia bertanya-tanya. Siapa Hilda? Sepenting itukah? Kenapa? Ada apa? Kenapa selama satu bulan kebelakang Sadam tidak pernah menceritakan apapun tentang seseorang bernama Hilda padanya? Ada yang ditutup-tutupi kah darinya? Tidak ingin semakin larut dengan isi pikirannya, Sherina akhirnya memutuskan untuk segera berangkat ke kantor.

"Morning Sher!" sapa Aryo saat baru saja Sherina melewati meja kerja Aryo.

"Hi Yo!" balas Sherina.

"Kenapa tuh muke datar bener??" Aryo menghampiri meja Sherina "Nih, sarapan dari Sigit.. Gak lo doang kok yang dapet, sekantor dapet!" jelas Aryo kemudian sebelum Sherina menyuarakan penolakannya.

"Yo, biasanya laki-laki kalau gak cerita ke pasangannya tentang sesuatu yang dia anggap penting tuh kenapa ya?" tanya Sherina.

"Kenapa nanya gitu? Mas Yayang ngapain?"

"Jawab dulu aja sih!" protes Sherina.

"Bisa banyak faktor ya.. pertama emang sengaja menutupi, kedua menunggu waktu yang tepat buat kasih tahu, ketiga masih mencari cara harus kayak gimana agar penyampaiannya gak bikin salah paham, ke empat-"

"Halaahhh banyak amat alesannya! Selingkuh mah selingkuh aja udah!"

"Lahhh kok ngambeknya sama saya non?!" Aryo berbalik hendak kembali ke meja nya namun, "Eh gimana tadi? Apa? Selingkuh? Serius Sher? Tahu dari mana lo?" kembali mendekati meja Sherina dengan ekspresi terkejut.

"Tadi pagi, begitu ada yang sebut nama Hilda, si Sadam langsung matiin video call.. aneh kan?!" 

"Lo udah tanya belum Hilda siapa?"

"Udah... udah gue tanya, tapi begitu gue tanya itu dia udah rusuh matiin video call.." Sherina mendengus sebal.

"Coba di chat, tanyain dulu, pastiin.." Aryo menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"MA---LES!" sahut Sherina, "udah sana balik ke meja lo!" ujar Sherina kemudian dengan gesture tangan mengusir Aryo dari hadapannya.

"Heudeuuuhhh alamaaatt.." gumam Aryo menggeleng-gelengkan kepalanya karena tahu ia lagi-lagi menjadi 'wasit' untuk dua manusia ini. Betul, bukan sekali ini Aryo menjadi perantara mereka untuk berkomunikasi ketika berselisih paham, penyebabnya tentu Sherina yang menghindari Sadam, memang Sherina selalu butuh waktu untuk mengontrol emosinya agar bisa menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya dengan baik dan benar. Dalam satu bulan ini sepertinya hampir setiap minggu ada saja kejadian yang seperti ini. Entah Sadam lupa ngabarin lalu Sherina kecarian, Sherina yang pulang kantor ketiduran bikin Sadam overthinking karena gak di kabarin, tag postingan dari akun atas nama TikaTN di instagram bikin Sherina salah paham dan sekarang setelah Tika yang ternyata rekan kerja Sadam di Kalimantan, muncul nama baru Hilda.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang