- 6 -

500 42 29
                                    

Pagi ini Sherina terbangun karena suara alarm dari smartphonenya, dengan badannya yang merasa sangat pegal, ia sedikit bergerak kemudian menyadari jika dirinya dan Sadam tertidur di sofa dengan posisi duduk setelah perbincangan panjang tentang segala hal yang terjadi tujuh tahun ke belakang. Bercerita tentang bagaimana mereka saling mencari, menertawakan segala usaha Sherina yang selalu gagal menemukan dimana Sadam berada, tentang Sadam yang ternyata selalu memantau Sherina dari kejauhan.

Beranjak dari sofa, membiarkan Sadam dalam alam mimpinya. Sherina menuju dapur, berniat membuat sarapan untuk mereka berdua pagi ini, nasi goreng sepertinya oke, pikir Sherina. Suara spatula dan wajan yang beradu membuat Sadam terusik dari tidurnya, disusul dengan wangi makanan menyerang indera penciumannya, Sadam membuka matanya perlahan dan mendapati Sherina di sudut kanan ruangan membelakanginya, tentu Sadam tahu jika Sherina tengah memasak sesuatu.

"Pagi Sher!" Sadam berdiri tepat di belakang Sherina, menaruh dagu di pundak kiri Sherina sedangkan tangan kanannya melingkari pinggang sahabatnya itu.

"Astaga!!!!" Sherina terkejut dengan kedatangan Sadam yang tiba-tiba, namun kemudian menggeleng, tertawa kecil. "Udah bangun rupanya! Ngagetin aja! Kalau reflek aku ngelempar wajan gimana Dam?! Kamu nih." Sherina melanjutkan mengaduk nasi gorengnya.

"Gak mau jawab selamat pagi gitu neng?" ujar Sadam, yang saat ini menggenggam gelas dan menghampiri dispenser di sana.

"Pagi Yayang! Gimana tidurnya? Pasti pegal badannya ya?" Sherina menengok sesaat ke arah di mana Sadam berdiri, "Aku juga soalnya! Ketiduran kita!" sambungnya.

"Saking asiknya ngobrol.. Nih, minum dulu! Bangun pagi tuh langsung minum air putih atuh neng.." Sadam menyodorkan segelas air putih yang masih terisi penuh.

"Thankyou!" Sherina langsung mengambilnya, "Tolong ambil piring dong Dam.." kemudian mematikan kompor dan langsung menuang nasi goreng ke atas piring setelah Sadam memberikannya.

"Aryo gimana? Jadi mau nyusul ke bandara dia?" Tanya Sadam.

"Belum ngasih kabar lagi sih, nanti deh coba aku hubungi. Kita jalan agak pagi kan? Ke hotel dulu?"

"Iyalah, barang aku disana. Sia-sia aja tuh booking hotel, dua malem ini di sini terus."

"Lagian, ngapain sih booking hotel? Nanti-nanti kalau ke sini lagi, nginep sini aja sih Dam!" Sherina melahap nasi gorengnya "Kapan tapi ya kamu balik kesini lagi?" tanya nya kemudian.

"Kapan-kapan, kalau ada.." Sherina memasang wajah bingung dengan jawaban Sadam "Ada waktunya neng.. serius amat mukanya!" Sadam mengibaskan telapak tangannya di depan wajah Sherina.

"Aku tungguin deh kamu ada waktunya kapan.." jawab Sherina datar.

Sherina tengah duduk di depan meja riasnya, Sadam berdiri di belakangnya menyisir rambut. Keduanya sudah bersiap untuk berangkat, tentu seperti rencana awal untuk mampir ke hotel mengambil barang-barang Sadam yang ada disana.

"Ini beneran kita pisah lagi?" pertanyaan itu muncul untuk kesekian kali dari mulut Sherina.

"Ya mau gimana Sher, aku ada tanggung jawab kerjaan disana kan. Beneran janji, nanti kalau ada waktu untuk libur aku pasti kabarin kamu. Aku juga kan sesekali masih ke Bandung, ngecek perkebunan papi secara langsung, gantian sama mas Rio." Jawab Sadam yang kemudian duduk di tepi ranjang milik Sherina. 

Helaan nafas berat terdengar, berkali-kali terulang sejak pagi. Sherina merasa berat hati berpisah dengan Sadam, rasanya seperti kembali mengingat kejadian tujuh tahun yang lalu. Bedanya dulu dengan suka rela Sherina melepas Sadam pergi karena ia yakin Sadam nya akan kembali, meski pada akhirnya justru menghilang tanpa kabar barang satu patah kata pun.

Akan Ku TungguTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang